Social Icons

Pages

19 Nov 2012

PERSEPSI


PENDAHULUAN
Kehidupan individu tidak lepas dari lingkunganya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula individu secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini berkaitan  dengan persepsi.


PEMBAHASAN
A.Pengertian Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa latin, perception dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Kata persepsi biasanya dikaitkan dengan kata lain, menjadi persepsi diri, persepsi sosial.
Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara orang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah, pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana cara seseorang memandang, atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978). Menurut De vito (1997 : 75), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar, akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.[1]
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera, atau juga di sebut proses sensoris, namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan diproses, selanjutnya merupakan proses persepsi. Dalam persepsi stimulus, dapat datang dari luar, tetapi dapat datang dari individu sendiri.[2]
Persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkunganya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan objek, kemudian ia memproses hasil penginderaanya itu, sehingga timbulah makna tentang makna objek itu pada dirinya yang dinamakan persepsi.[3]



B.Ciri-Ciri Umum Dunia Persepsi
1.         Modalitas
Rangsangan-rangsangan yang diterima, harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera yaitu bersifat sensoris dasar dari masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba, dan sebagainya)
2.         Dimensi Ruang
dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang) kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, latar depan-latar belakang, dan lain-lain.
3.         Dimensi Waktu
Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu seperti, cepat lambat, tua muda dan lain-lain.
4.         Struktur Konteks
Keseluruhan yang menyatu, objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya.[4]
C. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi
1.         Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi dapat juga datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor, namun sebagian besar stimulus datang dari luar reseptor.
2.         Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk meneriama stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran, sebagai alat untuk mengadakan respons yang diperlukan syaraf motoris.
3.         Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.[5]
D. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik, stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensori ke otak, proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang di dengar, atau apa yang diraba, proses ini di sebut proses psikologis. Dan taraf terakhir dari proses persepsi yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera, dan menimbulkan respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.[6]
Menurut sebuah rumusan, yang dikenal dengan teori “rangsangan tanggapan” (stimulus respon / SR), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan di terapkan kepada manusia sub proses psikologis lainya yang mungkin adalah, pengenalan, perasaan, dan penalaran.



Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut:
1.         Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera, terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2.         Interpretasi yaitu proses pengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motifasi, kepribadian dan kecerdasan.
3.         Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.[7]
E. Perkembangan Perseptual
Menurut pandangan kontemporer, persepsi berkembang melalui proses secara bertahap sejak bayi baru lahir hingga meningal. Sejumlah hasil penelitian terbaru tentang perkembangan persepsi bayi menunjukkan bahwa kemampuan-kemampuan persepsi bayi telah berkembang sejak awal-awal kehidupanya.[8]
Pada manusia, kemampuan penginderaan paling mendasar dan kemampuan persepsi adalalah sesuatu yang sifatnya bawaan dan berkembang pada masa yang sangat dini. Bayi dapat membedakan rasa asin dan rasa manis dan dapat membedakan aroma yang beragam, mereka dapat membedakan suara manusia dan suara lainya, mereka akan terkejut pada suara bising serta memutarkan kepala mereka menghadap sumber bising tersebut, menunjukan bahwa mereka mempersepsikansuara sebagai suatu yang berasal dari satu tempat dari satu ruang. Banyak kemampuan visual yang muncul pada saat kita lahir, atau berkembang langsung sesudah kelahiran.[9]


F. Persepsi Dan Sensasi
Didalam psikologi, dikenal dua istilah pemprosesan informasi yang diterima dari pengamatan, yaitu sensasi dan persepsi. Dalam pengertian yang sempit kedua istilah ini tidak dibedakan karena kedua fungsi ini merupakan dua proses yang melibatkan pengamatan. Tetapi, secara fungsional kedua fungsi psikis ini sangat berbeda.
Sensasi didevinisiksn sebagai system yang mengkordinasi sejumlah peralatan untuk mengamati yang dirancang secara khusus. Dalam proses kerjanya system sensasi ini dikerjakan dalam sebuah proses mendeteksi sebuah rangsang sebagai bahan informasi yang diubah menjadi implus saraf dan dikirim ke otak-otak melalui benang-benang saraf. Sedangkan persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses sensasi, tetapi diteruskan dengan proses mengelompokkkan, menggolong-golongkan, mengartikan dan mengaitkan beberapa rangsang sekaligus. Rangsang-rangsang yang telah diterima dan dikelompokkan ini, kemudian diinterpretasi sedimikian rupa menjadi sebuah arti yang subjektif individu.[10]
Jadi, proses sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain disebutkan, “sensasi ialah penerimaan stimulus melalui alat indera, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak” (Mahmud 1990 : 41). Meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap individu, interpretasinya berbeda.[11]
G. Persepsi Dan Kognisi
Persepsi dan kognisi, penalaran dan perasaan sesungguhnya berlangsung secara stimultan, dan kebanyakan dari apa yang disebut pemikiran, impian, bayangan, berkhayal, belajar dan semacamya merupakan kombiasi unsur-unsur persepsi, kognisi penalaran dan perasaan tersebut.
Secara singkat persepsi (perception) dapat didefinisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan. Kognisi (cognition) adalah cara manusia memberi arti pada rangsangan. Penlaran (reason) adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan rangsangan lainya pada tingkat pembentukan psikologis. Perasaan (feeling) adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan, baik sendiri maupun bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.
Dalam beberapa kasus, hanya persespsilah yang timbul diantara rangsangan dan tanggapan. Seorang anak, misalnya menarik tanganya dari tungku yang panas tanpa melalui kognisi, penalaran atau emosi. Namun kebanyakan perilaku melampaui reaksi yang paling sederhana terhadap rasa sakit atau senang yang hebat, dihubungkan dengan variable psikologis yang lebih kompleks diantara rangsangan dan tanggapan. Ternyata bahwa proses psikologis, kalaupun ada, jarang sekali terpisahkan pada waktunya satu dengan lain. Karena itu persepsi, kognisi, penalaran dan perasaan berlangsung secara stimultan.
Tanggapan atau respons seorang individu terhadap orang lain atau objek diluar dirinya di bentuk oleh caara orang itu “memandang” seseorang atau objek tersebut. Hal ini disebut dengan cognitive world (dunia kognitif) seorang individu. Peta dunia dari seseorang bersifat individual dan berbeda dari yang lainya, tidak ada dua individu yang hidup dalam dunia kognitif yang sama.
Pernyataan tersebut, sering kali sulit kita terima dalam usaha memahami orang lain. Kita sering berpendapat bahwa pandangan mengenai dunia kita ini hanya satu kemungkinan, sehingga kita beranggapan bahwa orang lainpun harus melihat dunianya sama dengan apa yang diperbuat. Sebab itu timbul persoalan sehubungan dengan pandangan tersebut, yaitu adanya hambatan untuk memahami perilaku orang lain. Perilaku seseorang dibentuk oleh “pandangan individu “ tersebut terhadap “dunia nya”. Tanpa memiliki pandangan terhadap “pengertian” tersebut, kita sulit untuk memahami perilaku individu yang bersangkutan.[12]
H. Hakekat Persepsi
1.         Persepsi merupakan kemampuan kognitif
Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan persepsi, orang telah menentukan apa yang telah akan di perhatikan setiap kali memutuskan perhatian lebih besar kemungkinan kita akan memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu menghubungkanya.
Kesadaran proses informasi dan daya ingat berperan dalam persepsi. Daya ingat berperan  dalam persepsi, karena indera kita secara teratur akan menyimpandata yang akan diterima, dalam rangka member arti. Bahasa yang jelas dapat mempengaruhi kognisi kita, member bentuk secara tidak langsung. Begitu juga pengujian hipotesis merupakan kompenen pusat persepsi yang mengelola informasi.
2.         Peran atensi dalam persepsi
Selama kita tidak dalam keadaan tidur, maka sejumlah rangsangan yang besar sekali saling berlomba menurut perhatian kita. Biasanya, manusia dan hewan lainya akan memilih mana yang rangsangan tersebut yang paling menarik dan paling mengesankan. Keterbukaan kita untuk memilih inilah yang disebut dengan atensi atau perhatian.
Beberapa psikologi melihat atensi sebagai alat jenis saringan (filter), yang akan menyaring semua informasi pada titik yang berbeda dalam proses persepsi. Sebaliknya, psikologi lain yakin bahwa manusia memusatkan atensinya terhadap apa yang mereka kehendaki untuk dipersepsikan, dengan secara aktif melibatkan diri mereka dengan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling bersaing.
Atensi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
a.         Intensitasnya
b.         Keterbatasan pada kepastian
Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan mengenai apa saja yang dapat memberi arah bagi persepsi orang. Kebutuhan, minat dan nilai telah terbukti merupakan pengaruh yang penting dalam persepsi.[13]



KESIMPULAN
Persepsi adalah suatu proses aktifitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan suatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadianya.
Proses persepsi juga terdiri dari proses fisiologis, yaitu stimulus yang mengenai penginderaan kaita. Proses psikilogis yaitu proses persepsi yang berupa kesadaran dari stimulus yang diterima dari alat indera. Dan proses persepsi yang terakhir adalah, respon sebagai akibat proses persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk


DAFTAR PUSTAKA
Sobur,Alex. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. 2003. Bandung: Pustaka Setia.
Walgito,Bimo. Pengantar Psikologi Umum. 1980. Yogyakarta: Andi.
Desmita. Psikologi Perkembangan. 2005. Bandung: PT Remaja Rosada Karya.
Saleh,Abdurahman. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Persepsi Islam. 2004. Jakarta: Renada Media.
Wade,Carole. Psikologi Jilid 1 Edisi 9. 2007. Jakarta: Erlamgga.


[1] Alex Sobur, Psikolpgi Umum Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h 445
[2] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 1980), h 87-88
[3] Desmirta, Psikologi Perkembangan, (bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h 108
[4] Abdul Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,(Jakarta: Penada Media, 2004), h 89-90
[5] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 1980), h 89-90
[6] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 1980), h 90
[7] Alex Sobur, Psikolpgi Umum Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h 446-447
[8] Desmirta, Psikologi Perkembangan, (bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h 108
[9] Carole Wade dkk, Psikologi Edisi 1 Jilit 9,  (Jakarta: Erlangga, 2007), h 226
[10] Abdul Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,(Jakarta: Penada Media, 2004), h 87-88
[11] Alex Sobur, Psikolpgi Umum Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h 472
[12] Alex Sobur, Psikolpgi Umum Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h 473-447
[13] Abdul Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,(Jakarta: Penada Media, 2004), h 91-94

Tidak ada komentar: