PENDAHULUAN
Kehidupan individu tidak lepas dari lingkunganya, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula
individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu
pula individu secara langsung menerima stimulus dari luar dirinya, dan ini
berkaitan dengan persepsi.
PEMBAHASAN
A.Pengertian Persepsi
Secara
etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa
latin, perception dari percipere, yang artinya menerima atau
mengambil. Kata persepsi biasanya dikaitkan dengan kata lain, menjadi persepsi
diri, persepsi sosial.
Persepsi (perception)
dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara orang melihat sesuatu,
sedangkan dalam arti luas ialah, pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana
cara seseorang memandang, atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978). Menurut De
vito (1997 : 75), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar, akan
banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.[1]
Persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera, atau juga di sebut
proses sensoris, namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan
stimulus tersebut diteruskan dan diproses, selanjutnya merupakan proses
persepsi. Dalam persepsi stimulus, dapat datang dari luar, tetapi dapat datang
dari individu sendiri.[2]
Persepsi pada
dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkunganya, bagaimana ia mengerti
dan menginterpretasikan objek, kemudian ia memproses hasil penginderaanya itu,
sehingga timbulah makna tentang makna objek itu pada dirinya yang dinamakan
persepsi.[3]
B.Ciri-Ciri Umum Dunia Persepsi
1.
Modalitas
Rangsangan-rangsangan yang diterima, harus sesuai dengan modalitas
tiap-tiap indera yaitu bersifat sensoris dasar dari masing-masing indera
(cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi
pendengaran, sifat permukaan bagi peraba, dan sebagainya)
2.
Dimensi Ruang
dunia persepsi mempunyai sifat ruang
(dimensi ruang) kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit,
latar depan-latar belakang, dan lain-lain.
3.
Dimensi Waktu
Dunia persepsi
mempunyai dimensi waktu seperti, cepat lambat, tua muda dan lain-lain.
4.
Struktur
Konteks
Keseluruhan yang menyatu,
objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang
menyatu dengan konteksnya.[4]
C. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi
1.
Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi dapat juga
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor, namun sebagian besar stimulus datang
dari luar reseptor.
2.
Alat indera,
syaraf dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk meneriama stimulus.
Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai
pusat kesadaran, sebagai alat untuk mengadakan respons yang diperlukan syaraf
motoris.
3.
Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan perhatian,
yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan
persepsi. Perhatian merupakan pusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas
individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.[5]
D. Proses Terjadinya Persepsi
Proses
terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Proses stimulus mengenai
alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik, stimulus yang diterima
oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensori ke otak, proses ini disebut proses
fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran
sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang di dengar, atau apa
yang diraba, proses ini di sebut proses psikologis. Dan taraf terakhir
dari proses persepsi yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera, dan
menimbulkan respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu
dalam berbagai macam bentuk.[6]
Menurut sebuah
rumusan, yang dikenal dengan teori “rangsangan tanggapan” (stimulus respon /
SR), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan
tanggapan setelah rangsangan di terapkan kepada manusia sub proses psikologis
lainya yang mungkin adalah, pengenalan, perasaan, dan penalaran.
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut:
1.
Seleksi adalah
proses penyaringan oleh indera, terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan
jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2.
Interpretasi
yaitu proses pengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi
seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pengalaman masa
lalu, system nilai yang dianut, motifasi, kepribadian dan kecerdasan.
3.
Interpretasi
dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.[7]
E. Perkembangan Perseptual
Menurut
pandangan kontemporer, persepsi berkembang melalui proses secara bertahap sejak
bayi baru lahir hingga meningal. Sejumlah hasil penelitian terbaru tentang
perkembangan persepsi bayi menunjukkan bahwa kemampuan-kemampuan persepsi bayi
telah berkembang sejak awal-awal kehidupanya.[8]
Pada manusia,
kemampuan penginderaan paling mendasar dan kemampuan persepsi adalalah sesuatu
yang sifatnya bawaan dan berkembang pada masa yang sangat dini. Bayi dapat
membedakan rasa asin dan rasa manis dan dapat membedakan aroma yang beragam,
mereka dapat membedakan suara manusia dan suara lainya, mereka akan terkejut
pada suara bising serta memutarkan kepala mereka menghadap sumber bising
tersebut, menunjukan bahwa mereka mempersepsikansuara sebagai suatu yang
berasal dari satu tempat dari satu ruang. Banyak kemampuan visual yang muncul
pada saat kita lahir, atau berkembang langsung sesudah kelahiran.[9]
F. Persepsi Dan Sensasi
Didalam
psikologi, dikenal dua istilah pemprosesan informasi yang diterima dari
pengamatan, yaitu sensasi dan persepsi. Dalam pengertian yang sempit kedua
istilah ini tidak dibedakan karena kedua fungsi ini merupakan dua proses yang
melibatkan pengamatan. Tetapi, secara fungsional kedua fungsi psikis ini sangat
berbeda.
Sensasi didevinisiksn
sebagai system yang mengkordinasi sejumlah peralatan untuk mengamati yang dirancang
secara khusus. Dalam proses kerjanya system sensasi ini dikerjakan dalam sebuah
proses mendeteksi sebuah rangsang sebagai bahan informasi yang diubah menjadi
implus saraf dan dikirim ke otak-otak melalui benang-benang saraf. Sedangkan
persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses sensasi, tetapi
diteruskan dengan proses mengelompokkkan, menggolong-golongkan, mengartikan dan
mengaitkan beberapa rangsang sekaligus. Rangsang-rangsang yang telah diterima
dan dikelompokkan ini, kemudian diinterpretasi sedimikian rupa menjadi sebuah
arti yang subjektif individu.[10]
Jadi, proses
sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain disebutkan, “sensasi
ialah penerimaan stimulus melalui alat indera, sedangkan persepsi adalah
menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak” (Mahmud 1990 : 41). Meskipun
alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap individu, interpretasinya
berbeda.[11]
G. Persepsi Dan Kognisi
Persepsi dan
kognisi, penalaran dan perasaan sesungguhnya berlangsung secara stimultan, dan
kebanyakan dari apa yang disebut pemikiran, impian, bayangan, berkhayal, belajar
dan semacamya merupakan kombiasi unsur-unsur persepsi, kognisi penalaran dan
perasaan tersebut.
Secara singkat
persepsi (perception) dapat didefinisikan sebagai cara manusia menangkap
rangsangan. Kognisi (cognition) adalah cara manusia memberi arti pada
rangsangan. Penlaran (reason) adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan
dengan rangsangan lainya pada tingkat pembentukan psikologis. Perasaan (feeling)
adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh rangsangan, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.
Dalam beberapa
kasus, hanya persespsilah yang timbul diantara rangsangan dan tanggapan.
Seorang anak, misalnya menarik tanganya dari tungku yang panas tanpa melalui
kognisi, penalaran atau emosi. Namun kebanyakan perilaku melampaui reaksi yang
paling sederhana terhadap rasa sakit atau senang yang hebat, dihubungkan dengan
variable psikologis yang lebih kompleks diantara rangsangan dan tanggapan.
Ternyata bahwa proses psikologis, kalaupun ada, jarang sekali terpisahkan pada
waktunya satu dengan lain. Karena itu persepsi, kognisi, penalaran dan perasaan
berlangsung secara stimultan.
Tanggapan atau
respons seorang individu terhadap orang lain atau objek diluar dirinya di bentuk
oleh caara orang itu “memandang” seseorang atau objek tersebut. Hal ini disebut
dengan cognitive world (dunia kognitif) seorang individu. Peta dunia
dari seseorang bersifat individual dan berbeda dari yang lainya, tidak ada dua
individu yang hidup dalam dunia kognitif yang sama.
Pernyataan
tersebut, sering kali sulit kita terima dalam usaha memahami orang lain. Kita
sering berpendapat bahwa pandangan mengenai dunia kita ini hanya satu
kemungkinan, sehingga kita beranggapan bahwa orang lainpun harus melihat
dunianya sama dengan apa yang diperbuat. Sebab itu timbul persoalan sehubungan
dengan pandangan tersebut, yaitu adanya hambatan untuk memahami perilaku orang
lain. Perilaku seseorang dibentuk oleh “pandangan individu “ tersebut terhadap
“dunia nya”. Tanpa memiliki pandangan terhadap “pengertian” tersebut, kita
sulit untuk memahami perilaku individu yang bersangkutan.[12]
H. Hakekat Persepsi
1.
Persepsi
merupakan kemampuan kognitif
Persepsi ternyata banyak melibatkan
kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan persepsi, orang telah menentukan apa
yang telah akan di perhatikan setiap kali memutuskan perhatian lebih besar
kemungkinan kita akan memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu
menghubungkanya.
Kesadaran proses informasi dan daya
ingat berperan dalam persepsi. Daya ingat berperan dalam persepsi, karena indera kita secara
teratur akan menyimpandata yang akan diterima, dalam rangka member arti. Bahasa
yang jelas dapat mempengaruhi kognisi kita, member bentuk secara tidak
langsung. Begitu juga pengujian hipotesis merupakan kompenen pusat persepsi
yang mengelola informasi.
2.
Peran atensi
dalam persepsi
Selama kita tidak dalam keadaan tidur,
maka sejumlah rangsangan yang besar sekali saling berlomba menurut perhatian
kita. Biasanya, manusia dan hewan lainya akan memilih mana yang rangsangan
tersebut yang paling menarik dan paling mengesankan. Keterbukaan kita untuk memilih
inilah yang disebut dengan atensi atau perhatian.
Beberapa psikologi melihat atensi sebagai alat jenis saringan (filter),
yang akan menyaring semua informasi pada titik yang berbeda dalam proses
persepsi. Sebaliknya, psikologi lain yakin bahwa manusia memusatkan atensinya
terhadap apa yang mereka kehendaki untuk dipersepsikan, dengan secara aktif
melibatkan diri mereka dengan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan
lain yang saling bersaing.
Atensi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
a.
Intensitasnya
b.
Keterbatasan pada
kepastian
Banyak sekali penelitian yang telah
dilakukan mengenai apa saja yang dapat memberi arah bagi persepsi orang.
Kebutuhan, minat dan nilai telah terbukti merupakan pengaruh yang penting dalam
persepsi.[13]
KESIMPULAN
Persepsi adalah suatu proses aktifitas seseorang dalam memberikan
kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan suatu berdasarkan
informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi
kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari
benda serta manusia dengan segala kejadianya.
Proses persepsi juga terdiri dari proses fisiologis, yaitu stimulus
yang mengenai penginderaan kaita. Proses psikilogis yaitu proses persepsi yang
berupa kesadaran dari stimulus yang diterima dari alat indera. Dan proses
persepsi yang terakhir adalah, respon sebagai akibat proses persepsi dapat diambil
oleh individu dalam berbagai macam bentuk
DAFTAR PUSTAKA
Sobur,Alex. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. 2003.
Bandung: Pustaka Setia.
Walgito,Bimo. Pengantar Psikologi Umum. 1980. Yogyakarta:
Andi.
Desmita. Psikologi Perkembangan. 2005. Bandung: PT Remaja
Rosada Karya.
Saleh,Abdurahman. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Persepsi Islam.
2004. Jakarta: Renada Media.
Wade,Carole. Psikologi Jilid 1 Edisi 9. 2007. Jakarta:
Erlamgga.
[1] Alex
Sobur, Psikolpgi Umum Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia,
2003), h 445
[2] Bimo
Walgito,
Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 1980), h 87-88
[3] Desmirta,
Psikologi Perkembangan, (bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h 108
[4] Abdul
Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,(Jakarta:
Penada Media, 2004), h 89-90
[5] Bimo
Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 1980), h 89-90
[6] Bimo
Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 1980), h 90
[7] Alex
Sobur, Psikolpgi Umum Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia,
2003), h 446-447
[8] Desmirta,
Psikologi Perkembangan, (bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h 108
[9] Carole
Wade dkk, Psikologi Edisi 1 Jilit 9,
(Jakarta: Erlangga, 2007), h 226
[10] Abdul
Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,(Jakarta:
Penada Media, 2004), h 87-88
[11] Alex
Sobur, Psikolpgi Umum Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia,
2003), h 472
[12] Alex
Sobur, Psikolpgi Umum Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia,
2003), h 473-447
[13] Abdul
Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,(Jakarta:
Penada Media, 2004), h 91-94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar