Social Icons

Pages

19 Nov 2012

Berbagai macam puasa Sunah



MAKALAH
Berbagai macam puasa Sunah
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Dosen Pengampu           :           Ali Trigiyanto, S.Ag, M Ag
Mata Kuliah                   :           Fiqh 1
Kelas                              :           F
Kelompok                      :           8

STAIN.JPG

Disusun Oleh :
1.               M. Azhar Fathoni                    (2021 111 256)
2.               Siti Nur Fitriana                      (2021 111 257)
3.               Muhamad Luthfi                     (2021 111 258)                                   


TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2011/2012




PENDAHULUAN

Puasa sunah merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Allah SWT,puasa sunah juga banyak manfaatnya buat kita seperti di jauhkan dari api neraka dan lain-lain.sehingga puasa sunah merupakan ibadah yang banyak manfaatnya.

























PEMBAHSAN

  1. Pengertian puasa sunah
Puasa sunah yaitu puasa untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dengan melakukan amal ibadah yang tidak diwajibkan.[1]

  1. Macam-macam puasa sunah
            Menurut kesepakatan para ulama,yang termasuk puasa tathawwu’(puasa sunah) adalah sebagai berikut :
            1.Berpuasa sehari dan berbuka sehari
puasa ini merupakan jenis puasa tathawwu’ yang paling utama.

            2.Berpuasa tiga hari dalam setiap bulan.
dalam puasa jenis ini,yang lebih utama ialah berpuasa pada tiga hari bidh yakni pada tanggal 13,14,15.Pahala puasa jenis ini seperti puasa dahr.Dalil puasa jenis ini ialah hadist yang diriwayatkan oleh abu dzar.Yang artinya
“jika kamu hendak berpuasa tiga hari dalam sebulan,maka berpuasalah pada tanggal 13,14,15”[2]

            3.Berpuasa pada hari senin dan kamis
Puasa ini disunahkan karena nabi Muhammad saw sangat memperhatikanya.Beliau bersabda yang artinya “amal-amal disetorkan (kepada Allah) pada hari senin dan kamis maka aku suka amalku disetorkan sedangkan aku dalam keadaan berpuasa”.[3]



            4.Puasa enam hari dalam bulan syawal
Meskipun tidak beruntun.Tetapi,jika puasa enam hari tersebut dilakukan secara beruntun setelah hari raya,hal itu lebih utama.karena dalam hal itu,seseorang bersegera dalam melakukan ibadah.Brang siapa yang melakukannya setelah puasa ramadhan,maka seakan-akan dia melakukan puasa dahr yang diwajibkan.[4]

            5.Puasa hari arafah
Yaitu puasa pada tanggal 9 zulhijah bagi orang yang tidak sedang melakukan ibadah haji.puasa ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh muslim yang artinya “Berpuasa pada hari arafah dipandang Allah sebagai amalan yang menjadi kafarat untuk satu tahun sesudah dan sebelumnya.[5]

            6.Berpuasa selama delapan hari dalam bulan zulhijah,sebelum hari arafah.
Penyunahan puasa ini berlaku bagi orang yang melakukan ibadah haji ataupun yang tidak melakukan ibadah haji.

            7.Berpuasa pada hari tasu’a dan asyura
Puasa jenis ini disunahkan lagi (akan lebih baik) jika keduanya dilakukan secara beruntun

            8.Berpuasa pada bulan-bulan yang dimuliakan
Yakni,keempat bulan dalam satu tahun,tiga bulan berturut-turut.keempat bulan ini merupakan bulan-bulan utama untuk puasa setelah bulan ramadhan.penyunahan puasa pada bulan-bulan diatas merupakan pendapat mahzab maliki dan safi’i,sedangkan mazhab hambali hanya menganggap sunah berpuasa pada bulan muharram.[6]

9.Puasa pada bulan sya’ban
Puasa ini disunahkan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ummu salamah.Dia menyatakan bahwa nabi saw tidak pernah berpuasa sebulan penuh dalam setahun,kecuali bulan sya’ban.Dan beliau,lanjut ummu salamah,menyambungkannya dengan puasa ramadhan.
Sebagian orang memandang makruh berpuasa pada pertengan akhir bulan syakban,hukumnya tidak syah.[7]



C.Pendapat mazhab mengenai puasa sunah
Para fukaha mengelompokkan puasa-puasa tathawwu’ sebagai berikut :

            1.Mazhab hanafi
Puasa tathawwu menurut mazhab ini terdiri dari tiga macam yaitu :
  • Puasa sunah yaitu puasa yang dilakukan nabi saw.Secara terus-menerus.Misal puasa asyura yang disertai puasa tasu’a
  • Puasa mandub yaitu puasa yang dilakukan nabi saw tidak secara terus-menerus,beliau menganjurkan tetapi tidak mengerjakanya secara terus-menerus.Contoh puasa pada hari senin dan kamis serta puasa enam hari dalam bulan syawal.
  • Puasa nafilah yaitu puasa selain puasa keduanya.Contoh selain yang disebutkan puasa sunah dan puasa mandub.

2.Mazhab maliki
Menurut mazhab ini,puasa tathawwu’ terdiri atas tiga jenis yaitu puasa sunah seperti puasa asyura,puasa mustahabb ialah puasa pada bulan-bul;an mulia,dan puasa nafilah adalah semua puasa yang tidak mempunyai waktu dan sebab,selain pada hari-hari yang diwajibkan atau dilarang.

3.Mazhab syafi’i
Menurut mazhab ini,tathawwu yang ditekankan ada dua bagian.Bagian pertama adalah puasa yang tidak dilakukan secara berulang-ulang,seperti puasa dahr.Bagian kedua adalah puasa yang dilakukan secara berulang-ulang.
            4.Mazhab hambali
Mazhab hambali merinci waktu-waktu puasa tathawwu sebagai berikut :
Puasa yang paling utama adalah puasa sehari dan bernuka sehari,hukumnya tidak makruh,kecuali bagi oring-orang yang mengkwatirkan adanya bahaya atau tidak terpenuhi hak dirinya.Serta puasa tiga hari dalam sebulan,hukumnya sunah yang utama lagi adalah puasa pada hari-hari bidh,yaitu tanggal 13,14,15.[8]

D.Puasa sunah boleh dibatalkan
Orang yang sedang puasa sunah,boleh membatalkanya walaupun dengan jima (senggama) sekalipun.karena wewenang puasa sunah sepenuhnya dipihak yang bersangkutan.[9]

E.Hari-hari yang dilarang berpuasa
            1. Dua hari raya
Ulama sepakat tentang haramnya berpuasa pada hari raya idul fitri dan idul adha apaun alasanya.Berdasarkan hadits abu ubaid maullu abu azhar,ia berkata : aku mengikuti sholat Id bersama umar bin Al-khattab,maka ia berkata : inilah dua hari yang rasullullah melarang berpuasa didalamnya.

            2. Hari-hari tasyriq
Tidak boleh berpuasa pada hari-hari ini,berdasarkan hadits nubaisyah Al-hudzhali,ia berkata : Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum

3. Hari jum’at
Hari ini tidak boleh puasa kecuali bagi orang yang berpuasa sehari sebelumnya atau sehari setelahnya atau ia berpuasa sehari dan berbuka sehari.

            4. Dihari yang meragukan (yaum asy syakh)
Hari ini tidak boleh mendeahului ramadhan dengan pusa sehari atau dua hari dengan niat berhati-hati,karena bisa hari tersebut sudah masuk bulan ramadhan.Larangan ini berlaku bagi orang yang tak pernah berpuasa ramadhan atau dia sambung dengan puasa seebelumnya.[10]

























PENUTUP
            Banyak bermacam-macam puasa sunnah misal puasa senindan hari kamis, puasa bulan sa’ban, puasa 6 hari pada bulan syawal dan lain sebagainya. Puasa sunnah pun boleh dibatalkan, apabila orang yang berpuasa mau membatalkan. Selain itu, ada hari-hari yang dilarang untuk berpuasa seperti 2 hari raya yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha.


























Daftar puastaka

  • Malik,Abu syaikh.2010.Ensiklopedi puasa dan zakat.Jakarta: Setia kawan.

  • Sabiq,Sayid.1978.Fiqh sunah 3-4.Bandung: PT Alma’arif.

  • Aziz,Usamah Abdul.2011.Puasa sunah hukum dan keutamaanya berdasarkan al-Quran dan as-sunnah.Jakarta:Darul Haq.

  • Rasjid,Sulaiman.2007.Fiqh islam.Jakarta: PT Attahiriyah.

  • Rasjid,Sulaiman.2007.Fiqh islam.Bandung: PT sinar baru algensindo.

  • Rasjid,Sulaiman.1987.Fiqh islam.Bandung: PT sinar baru.

  • Al-Zuhayly,Wahbah.1995.Puasa dan itikaf.Bandung:Dar Al-fikih.Damaskus.

  • Syihab.1997.Tuntutan puasa praktis.Jakarta:Bumi aksara






[1]Sayyid sabiq, fiqh sunnah 3-4 (Bandung :PT. Al ma’arif , 1978)hal 236
[2] Usama’ Abdul Aziz, puasa sunnah, hukum keutamaannya berdasarkan Al Qur’an dan Asunnah (Jakarta : Darul Haq, 2011) hal.94
[3] Nuzhatul Majalis vol.1 hal 150
[4] Sulaiman rasjid, Fiqh islam, (Jakarta : PT. Atthiriyah, 1998)hal.234-245
[5] Rasjid sulaiman, Fiqh Islam, (Bandung : PT.Sinar Baru, 1957)hal. 257
[6] Wahbah al zuhayli, Puasa dan etika, (Bandung : Dar-Al Fiqh. Damaskus,1995)hal.131
[7] www.Rumaysho.com
[8] Wahbah al-zuhayly, puasa dan etika.(Bandung : Dar Al Fiqh, Damaskus, 1995).hal 132-135
[9] Syihab, tuntutan puasa Praktis, (Jakarta ; Bumi Aksara 1997) hal.49
[10] Syaikh Abu Malik ensiklopedi puasa dan zakat, (Jakarta : setia kawan, 2010) hal.103-104

Tidak ada komentar: