MAKALAH
Pengertian Etika/Ilmu Akhlak,Norma dan Istilah-Istilah
lain yang berkaitan
Mata
Kuliah : ILMU AKHLAK
Dosen Pengampu
: Muhammad Ghufron, M.SI
![]() |
Add caption |
Disusun
Oleh :
Ika
Korena rudito (2021 111 236)
Mushofihati
Nur M (2021 111 240)
Hasan Basri (2021 111 241)
Khulaipah (2021 111 242)
Nais Stanaul Athiyah (2021
111 280)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK
2011/2012
PENDAHULUAN
Kata
kata seperti “ETIKA”,”ETIS”,dan “MORAL”tidak terdengar dalam ruang kuliah saja
dan tidak menjadi monopoli kaum cendekiawan. Diluar kalangan intelektual pun
sering disinggung tentang hal-hal seperti itu. Memang benar, dalam obrolan
dipasar atau ditengah penumpang-penumpang opelet kata-kata itu jarang sekali
muncul. Tapi jika kita membuka surat kabar majalah,hampir setiap hari kita
menemui kata-kata tersebut. Berulang kali kita membaca kalimat-kalimat semacam
ini : “Dalam dunia bisnis etika merosot terus “,”Etika dan moral perlu
ditegaskan kembali”,”adalah tidak etis,jika …”,”Di televisi akhir-akhir ini
banyak iklan yang kurang etis “,dan sebagainya. Kita mendengar “moral Pancasila
“ dan “etika pembangunan”. Juga dalam pidato-pidato para pejabat pemerintah kata
”etika” dan “moral”banyak dipergunakan banyak dipergunakan .
pendeknya,kata-kata seperti ini mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Dan dapat
ditambah lagi kata-kata ini berfungsi dalam suasana iseng dan remeh,tapi
sebaliknya dalam suatu konteks yang serius dan kadang malah amat prinsipil.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan
sedikit tentang etika.
PEMBAHASAN
- Pengertian Etika
1. Asal Usul Etika
Etika
(etimologi), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Idendtik dengan perkataan moral yang berasal dari kata Latin “Mos”
yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga Adat atau cara hidup.
Etika
dan Moral sama artinya, tetapi dalam pemakain sehari hari ada sedikit
perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai untuk mengkaji system nilai-nilai yang ada.[1]
2.Definisi Etika
Seperti
halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah “etika”
pun berasal dari bahasa yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk
tunggal mempunyai banyak arti : tempat tinggal yang biasa,; padang rumput,
kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan,sikap, cara berfikir. dalam
bentuk jamak (ta etha) artinya adalah : adat kebiasaan. Dan arti terakhir
inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika “yang oleh
filsuf yunani besar Aristoteles (384-322 s.M.) sudah dipakai untuk menunjukan
fisafat moral. Jadi jika kita
membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “ etika “ berarti : ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adapt kebiasaan.[2]
Dari
definisi etika diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat
hal sebagai berikut, pertama, dilihat dari segi objek pembahasanya,etika
berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilhat dari segi
sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak
bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas,tidak berubah,
memiliki kekurangan, kelebihan dan sebaliknya. Selain itu,etika juga bermanfaat
berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu
antropologi,psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan sebagainya.
Ketiga, dilihat dari segi fungsinya,etika berfungsi sebagai penilai,penentu dan
penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah
perbuatan tersebut akan dinilai,buruk,mulia, terhormat, hina, dan sebagianya.
Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku
yang dilakukan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian system nilai-nilai
yang ada. Keempat, dilhat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni
dapat berubah-ubah sesuai dengan ketentuan zaman.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu,
maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya
menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.
Berbagai pemikiran yang dikemukakan filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokan kepada
pemikiran etika sifatnya Humanistis dan antroposentris yakni bersifat paara
pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia.[3]
Jadi etika adalah suatu ilmu yang mejelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya di lakukan oleh manusia
kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus di tuju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus di
perbuat.[4]
B. Pengertian Akhlak dan lmu Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Menurut etimologi, kata akhlak berasal
dari bahasa arab AKHLAK bentuk jamak
dari mufradnya khuluq KHULUQ yang
berarti “budi pekerti”. Sinonimnya : etika dan moral. Etika berasal dari
bahasa Latin,etos yang berarti “kebiasaan”. Moral berasal dari bahasa Latin
juga, mores, juga berarti “kebiasaan “.
Angkatan
kata “budi pekerti” ,Dalam bahasa Indonesia, merupakan kata majemuk dari kata
“Budi” dan “pekerti”.Perkataan “Budi” berasal dari bahasa sansekerta, bentuk
isim fa’il atau alat yang berarti “yang sadar” atau “yang menyadarakan” atau
“alat kesadaran”. Bentuk mashdarnya (momonverbal) budi yang berarti “kesadaran
”.Sedang benid tuk mafulnya
(objek) adalah budha,artinya “yang disadarkan”,pekerti,berasal dari Bahasa
Indonesia sendiri,yang berarti “kelakuan”.
Menurut terminologi : Kata “budi pekerti” yang terdiri
dari kata budi dan pekerti; “budi” ialah yang ada pada manusia,yang berhubungan
dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, ratio,yang disebut karakter.
Pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan
hati, yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah merupakan perpaduan
dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku
manusia.[5]
2.Pengertian Ilmu Akhlak
- Menurut Al-Ustadz Jaad Al-Maulana
Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menyelidiki
perjalanan hidup manusia di muka bumi ini dan mempergunakannya sebagai norma
atau ukuran untuk mempertimbangkan perbuatan,apa yang dibiasakan mereka dari
perbuatan dan perkataan dan menyingkap hakikat baik dan buruk.
- Menurut Mahdi Ahkam
Ilmu akhlak adalah ilmu yang menyelidiki
perbuatan manusia dari arah/ baik dan buruk atau ilmu percontohan tertinggi
untuk perbuatan manusia dan menyelidiki perbuatan yang terakhir manusia.[6]
- Aturan-Aturan/ Norma-Norma dalam Etika
1. Aturan-aturan
perilaku agama (adab al-din)
Tuhan menyatakan kehendakan-Nya
kepada manusia dan menetapkan kewajiban-kewajiban agama tanpa menginginkan
imbalan atau keharusan yang memaksa-Nya untuk melakukan hal tersebut ; :Ia
hanya berniat memberikan keuntungan kepada manusia melalui karunia-Nya yang tak terbatas,”
yang dimanifestasikan melalui anugerah (ni’am) yang tak terhingga yang ia
limpahkan kepada mereka. Dengan karunia dan kasih saying-Nya, tidak satupun
dari tiga tipe kewajiban yang kita bebankan kepada manusia yang bentuk
keyakinan, perintah dan larangan yang melampaui batas kemampuan mereka. Setiap
tipe kewajiban ini, sekalipun telah ditetapkan Tuhan, secara rasional dapat
diterima akal sehat. Ini adalah perintah dan larangan yang benar. “ karena ia
memerintahkan suatu kewajiban yang benar (ma’ruf) dan melarang sesuatu yang
salah (Munkar), sehingga perintah-Nya dan larangan-Nya terhadap munkar menunjukan ketidakridoan-Nya.
Pemenuhan kewajiban-kewajiban ini di
samping sangat esensial bagi sebuah ketaatan juga berperan sebagai sarana
kebahagian abadi dalam kehidupan hari akhir.[7]
2.Aturan-aturan
perilaku dunia (adab Al-Dunya)
Bagian yangt berkaitan dengan
‘perilaku dunia” membangun tema tentang kelemahan dan rasa ketidakpuasan
manusia yang sama pentingnya dengan ide-ide ukhrowi.
Karena kelemahan dan rasa ketidakpuasan ini, maka manusia memerlukan bimbingan
dan sikap qana’ah terhadap perbuatannya dan dengannya diharapkan dapat melawan
kesombongan dan dipaksa untuk kembali kepada Tuhan.[8]
3. Aturan-aturan
perilaku individu (adab Al Nafs)
Bagian ketiga dari karya al-Mawardi
Adab al-Dunya Wa al-Din juga berhubugan dengan “Perilaku Individu” dan dapat
dikatakan bahwa ia sangat berminat dengan analisis mengenai kebaikan-kebaikan
manusia, seperti kerendahan hati, sikap yang baik, kesederhanaan, control diri,
amanat, dan terbatas dari iri hati serta kebaikan-kebaikan social, seperti
ucapan yang baik dan menjaga rahasia, iffah, sabar, dan tabah, memberi nasehat
baik, menjaga kepercayaan dan kepantasan.[9]
D. istilah lain
tentang etika
1.Etika dan
Moral
Tentang kata”moral” bahwa etimologinya
sama dengan “etika” sekalipun bahasa aslnya berbeda. Jika sekarang kita
memandang arti kata “moral”, perlu kita simpulkan bahwa artinya sama dengan
“etika” , yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kalompok dalam mengatur tingkah lakunya.[10]
Etika dan Moral sama artinya, tetapi dalam
pemakain sehari hari ada sedikit perbedaan.Moral dan atau moralitas dipakai
untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk mengkaji
system nilai-nilai yang ada.[11]
2.Amoral dan
Immoral
Masih
mengenai istilah, perlu dibedakan antara amoral dan immoral. Disini terpaksa
kita bertolak dari istilah-istilah inggris, karena dalam Bahasa Indonesia kita
mengalami kesulitan. Oleh concise oxford dictionary kata amoral diterangkan
sebagai “Unconcerned” With, out of the sphere of moral, non moral”. Jadi, kata
Inggris amoral berarti : “tidak berhubungan konteks moral”, diluar suasana
etis”, “non moral”. Dalam kamus yang sama immoral dijelaskan sebagai “opposed
to morality; morality evil”. Jadi, kata Inggris “immoral” berarti :
bertentangan dengan moralitas yang baik”, “secara moral buruk”,”tidak etis”.
3.Etika dan
Etiket.
Dalam rangka menjernihkan istilah
harus kita simak lagi perbedaan antara “etik“ dan “ etiket “. Kerap kali dua
istilah ini dicampuradukkan begitu saja, padahal diantaranya sangat hakiki. “E,tika” disini berarti “ moral “ dan
“ Etiket “berarti “sopan sntun “ (tentu saja, disamping arti lain: “secarik
kertas yang ditempelkan pada botol atau kemasan barang”).
Etikat menyangkut cara suatu
perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang mungkin, etiket
menunjukan cara yang tepat, artinya, cara yang diharapkan serta ditentukan
dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika saya menyerahkan sesuatu kepada
atasan, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Dianggap
melanggar etiket, bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Tetapi
etika tidak terbatas pada cara dilakukannya sesuatu perbuatan; etika memberi
norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah suatu
perbuatan boleh dilakukan boleh atau tidak. Mengambil barang milik orang lain
tanpa izin tidak pernah dibolehkan. “jangan mencuri” merupakan suatu norma
etika.[12]
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam penulisan makalah ini Etika
adalah suatu ilmu yang menjelaskan baik buruk menerangkan yang seharusnya
dilakukan oleh manuasia kepada lainnnya, menyatakan tujuan yang harus dituju
manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan apa yang harus diperbuat.
Etik harus ditanamkan kepada kita dalam kehidupan kita sehari-hari agar
tindakan dan perilaku sesuai dengan peraturan
dan norma-norma yang berlaku, tutur kata kesopanan dalam menghormati
orang yang lebih tua.
DAFTAR PUSTAKA
- -Zubair, Achmad Charris. 1995. Kuliah Etika. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
- -Djatmika, Rachmat. 1992. Sistem Etika Islamim (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas.
- -Fakhry, Majid. 1996. Etika dan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- -Ma’ruf, Farid. 1995. Etika (Ilmu Aklak). Jakarta: Pustaka Pelajar.
- -Bertens,K.1993. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
[1] Achmad Charis Zubair, Kuliah Etika,(Jakarta:PT
Raja Grafindopersada, 1995), H.13
[2] K. Bertens, Etika, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1993), H.4
[3] http:// www.google.com
[4] Farid Ma’ruf, Etika(Ilmu Akhlak),(Jakarta:1975),
h.3
[6] Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islami,...,
hal.27
[9] Majid Fakhry, Etika dalam Islam,...,h.86
[10] K.Bertens, Etika,...,h.7
[11] Achmad Charris Zubair,Kuliah Etuka, (
Jakarta: PT. Raja Grafindopersada,1995) h.13
[12] K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama,1993) , h: 7-9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar