Social Icons

Pages

23 Nov 2013

PRINSIP BELAJAR DAN PENDEKATAN DALAM MENGAJAR




PRINSIP BELAJAR DAN PENDEKATAN DALAM MENGAJAR

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas:
                       Mata Kuliah             : Strategi Belajar Mengajar
                                                  Dosen Pengampu     : Chusna Maulida




Disusun oleh:
Edward Muslim                      (2021 111 236)


Kelas A


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013
 


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menerapkan prinsip dan  pendekatan pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip dan pendekatan yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih senang dan lebih termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang prinsip dan pendekatan dalam mengajar.
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi Belajar Mengajar
 Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.
Menurut J.R David (1976) strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sementara itu dick and Carey (1985) berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa/peserta latih.
Pendapat dari moedjiono (1993) strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsisiten antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu.
Merujuk dari beberapa pendapat diatas strategi pembelajaran dapat dimaknai secara sempit dan luas. Secara sempit strategi mempuanyai kesamaan dengan metoda yang berarti cara untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara luas strategi dapat diartikan sebagai suatu cara penetakapan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, teramasuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.[1]

B.     Prinsip-Prinsip Mengajar.
Agar lalu lintas pengajaran dapat berjalan lancar, teratur, terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada stagnasi pengajaran, maka guru harus mengerti, memahami, menghayati berbagai prinsip pengajaran sekaligus mengaplikasikan pada waktu dia melaksanakan tugasnya.

1.      Prinsip Aktivitas
Thomas M. Risk dalam bukunya “Principles and practices of teaching”, mengemukakan “Teaching is evidance of learning experiences” (mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar). Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika pesertadidik dengan keaktifannya sendiri beraksi terhadap lingkungan.[2]
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat: memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktifitas siswa. Aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.[3]
2.      Prinsip Motivasi
Walker (1967) dalam bukunya “Conditioning and Instrumental learning” mengatakan “perubahan-perubahan yang dipelajari memberi hasil yang baik bilamana orang mempunyai motivasi untuk melakukannya”.
Thomas M. Risk memberikan pengertian motivasi sebagai berikut: motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak  guru untuk menimbulkan motif-motif para peserta didik yang menunjang ke arah tujuan belajar.[4]
Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikn sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need).[5]


3.      Prinsip Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Wlaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa.[6]
Iqbal mengatakn bahwa perkembangan individualitas merupakan suatu proses yang kreatif. Dalam proses individu harus memerankan proses yang aktif, selalu mengadakan aksi dan rreaksi yang bertujuan terhadap lingkungannya.
Ibn Khaldun menganjurkan agar bidang studi itu, susah gampangnya disesuaikan/diseimbangkan dengan kemampuan otak masing-masing peserta didik.
Al Ghazali mengatakan bahwa kejadian utama dan pertama bagi guru adalah mengajarkan pada peserta didik apa yang mudah dipahami, sebab suatu bidang studi yang sukar akan berakibat kericuhan mental/akal dan peserta didik akan menjauhi/tidak memperhatikan.

4.      Prinsip Lingkungan
Pembawaan yang potensial dari individu itu tidak spesifik melainkan bersifat umum dan dapat berkembang menjadi bermacam-macam kenyataan hasil interaksi dengan lingkungannya.
Hasil penyelidikan pakar psikologi menyebutkan bahwa faktor pembawaan lebih menentukan dalam hal intelegensi, fisik dan reaksi indrawi. Adapun faktor lingkungan lebih berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, sikap dan nilai.
Ada dua macaam cara menggunakan lingkungan sebagai sumber pengajaran:
a.       Membawa peserta didik dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan pelajaran.
b.      Membawa sumber-sumber dari masyarakat kedalam kelas pelajaran untuk kepentingan pribadi.
5.      Prinsip Konsentrasi
Secara psikologis, jika memusatkan perhatian pada sesuatu maka segala stimulus lainnya yang tidak diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya. Akibatnya dari keadaan ini adalah pengamatan menjadi sangat cermat dan berjalan dengan baik,. Stimulus yang menjaadi perhatiannya kemudian menjadi mudah masuk kedalam ingatan, juga alkan menimbulkan tanggapan yang terang, kokoh, tidak mudah hilang bahkan dapat dengan mudah untuk diproduksikan.
6.      Prinsip Kebebasan
Pengertian kebebasan menurut Rosella Linskie, dalam bukunya “The Learning Process” adalah mengandung tiga dimensi:
a.       self directedness
b.      Self dicipline
c.       Self control
Kemudian menurut Fulton Sheen memberikan batasan kebebasan ke dalam:
a.       There is the freedoom to do only what you went to do
b.      There is the freedoom to do only what you must to do
c.       There is the freedoom to do only what you ought to do
Kebebasan menurut kategori pertama disebut anarki, yang kedua disebut totlitas dan yang ketiga disebut demokrasi.
7.      Prinsip Peragaan
Peragaan meliputi semua pekerjaan panca indra yang berutjuan untuk mencapai pemberian pemahaman sesuatu hal secara lebih tepat dengan menggunakan alat-alat indra.
8.      Prinsip kerja sama dan persaingan
Jean D. Grambs berpendapat bahwa pengajaran di sekolah yang demokratis, kerjasama maupun persaingan sama pentingnya, hanya persaingan yang dimaksud bukan bertujuan untuk memperoleh hadiah atau kenaikan pangkat, tetapi untuk mencapai hasil yang lebih tinggi atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi kelompok.

9.      Prinsip Apersepsi
Apersepsi adalah suatu penafsiran buah pikiran yaitu menyatupadukan dan mengasimilasi sesuatu pengamatan dan penglaman yang telah dimiliki.
10.  Prinsip Korelasi
Korelasi (saling berkaitan) pengajaran dengan masalah-masalah keseharian individu maupun dengan bidang lain akan menjadikan sesuatu yang baru dan berguna bagi peserta didik serta melatih upaya pemecahannya dengan berdasar pada skill atau pengetahuan dari pengajaran tersebut.
11.  Prinsip efisiensi dan efektifitas
Pengajaran yang baik adalah proses pengajaran dengan waktu yang cukup serta dapat membuahkan hasil (pencapaian tujuan instruksional) secara tepat, cermat dan optimal. Di sini peran metode sangat menentukan disiplin kelas dan disiplin waktu perlu disadari oleh setiap subjek pengajaran.
12.  Prinsip globalitas
Menurut prinsip globalitas (integralitas) bahwa keseluruhan adalah menjadi awal titik pengajaran. Peserta didik selalu mengamati keseluruhan terlebih dahulu baru kemudian bagian-bagiannya. Yaitu mengenalkan pengajaran kepada peserta didik dari pengertian yang umum kepada kaidah-kaidah yang khusus.
Dalam psikologi totalitas berpandangan bahwa, pada waktu peserta didik mengamati sesuatu untuk pertama kalinya, terbentuklah gambaran yang komperehensif tetapi kabur. Untuk memperjelas gambaran pengamatan sampai pada bagian-bagiannya diperlukan pengulangan.
13.  Permainan dan hibuan
Kelas pengajaran yang penuh konsentrasi menjadikan perserta didik kelelahan bosan, butuh refreshing dan rekreasi.
Al ghazali menyarankan agar anak-anak diijinkan bermain dengan permainan ringan dan tidak yang berat-berat sesudah jam pelajaran, dengan syarat tidak melatihkan mereka. Jika anak-anak dilarang bermain dan dipaksa saja belajar , hatinya akan menjadi mati kepintarannya akan tumpul dan mereka akan merasakan kepahitan dengan hidup ini.[7]

C.     Pendekatan Belajar Mengajar
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang kejadian suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
1.      Pendekatan Individual
Perbedaan individu anak didik memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak , maka strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.
2.      Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok diperlukan dan perlu digunakan untuk mengembangkan sikap social anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik sejenis makhluk homo socius  yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa social yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, shingga terbina kesetiakawanan di kelas.
3.      Pendekatan Bervariasi
Pendekatan bervariasi bertolak pada konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam berlajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4.      Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dalam pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti, dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberikan sangsi hokum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah sangsi hokum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah.
5.      Pendekatan Pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang baik. Pengalaman adalah guru bisu yang tidak pernah marah. Poengalaman adalah guru tanpa jiwa, namun dicari oleh siapapun juga.
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik. Karena itu, cirri-ciri pengalaman yamng edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak (meaningful), kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan dan menambah integrasi anak. Demikianlah pendapat Witherington.
6.      Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil, pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktifitas akan menjadi milik anak dikemudian hari.
7.      Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada pada diri seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempeunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah.
Emosi mempunyai peran yang penting di dalam membentuk kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran terutama untuk pendidikan agama islam. Pendekatan emosional di sini dimaksudkan untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya.
8.      Pendekatan Rasional
Hanya manusialah yang dapat berpikir, sedangkan makhluk lainnya tidak mampu berpikir. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, mana kebenaran dan mana kedustaan dari suatu ajaran atau perbuatan.
Usaha yang terpenting bagi guru adalah bagaimana memberikan peranan kepada akal (rasio)  dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama, termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. Karena kemampuan akal itulah akhirnya dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional  guna kepentingan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
9.      Pendekatan Fungsional
Ilmum pengetahuan yang dipelajari oleh anak didik di sekolah bukanlah hanya sekadar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk social. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Bahkan yang lebih penting adalah ilmu pengetahuan dapat membentuk kepribadian anak. Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu yang di dapatnya di sekolah. Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu untuk kepentingan hidupnya. Dengan begitu, maka nilai ilmu sudah fungsional di dalam diri anak.
10.  Pendekatan Keagamaan
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama di dalam  diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemooh dan dilecehkan, tetapi diyakini, di pahami, dihayati, dan diamalkan secara hayat siswa di kandung badan.[8]
11.  Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat dan perasaan secara lisan maupun tulisan.
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan).
Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna. Misalnya pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa Inggris.[9]
Berikut merupakan konsep penting pendekatan kebermaknaan:
a)      Bahasa berperan sebagai alat pengungkapan makna karena bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur.
b)      Pendekatan kebermaknaan merupakan pengajaran bahasa yang natural yang didukung oleh pemahaman lintas budaya.
c)      Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun tulisan tergantung pada situasi saat kalimat itu digunakan.
d)     Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tulisan, Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
e)      Kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran merupakan motivasi siswa yang sangat penting menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.
f)       Pengalaman siswa dalam lingkungan, minat, tata nilai, dan masa depan siswa harus menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan pengajaran dan pembelajaran. Karena hal ini dapat membuat proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
g)      Karena siswa merupakan subyek dan obyek dalam proses belajar mengajar, maka ciri-ciri dan kebutuhan siswa harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengajaran.
h)      Dalam proses belajar mengajar, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan keterampilan berbahasanya.[10]
12.  Pendekatan kompetensi
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan kompetensi merupakan indikator yang menunjukkan kepada perbuatan yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaanya secara utuh.[11]
13.  Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, kreativitas siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan keterampilan proses bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, dan dalam situasi yang normal, mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu tugas guru adalah memberikan kemudahan kepada siswa dengan menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua siswa dapat berkembang secara optimal. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan  kreativitas peserta didik dalam pembelajaran antara lain: diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, karya wisata, studi kasus, bermain peran, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.[12]
14.   Pendekatan lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan.
Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti siswa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada di lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Dalam hal ini siswa dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain di lingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi. [13]
15.   Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga para siswa  mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didika akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.[14]

16.  Pendekatan tematik
Pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik sering juga disebut pendekatan terpadu.
Pendekatan tematik atau pendekatan terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyatupadukan serangakaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling berhubungan satu dengan yang lainnya.[15]

BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas dapat kita ketahui bahwa macam-macam prinsip mengajar adalah sebagai berikut:
1.      Prinsip Aktivitas                     7. Prinsip kerja sama dan persaingan
2.      Prinsip Motivasi                      8. Prinsip Apersepsi
3.      Prinsip Individualitas              9. Prinsip Korelasi
4.      Prinsip Lingkungan                 10. Prinsip efisiensi dan efektifitas
5.      Prinsip Kebebasan                   11. Prinsip globalitas
6.      Prinsip Peragaan                      12. Permainan dan hiburan
Sedangkan pendekatan dalam pembelajaran meliputi:
1.      Pendekatan Individual            9. Pendekatan Fungsional
2.      Pendekatan Kelompok            10. Pendekatan Keagamaan
3.      Pendekatan Bervariasi            11. Pendekatan Kebermaknaan
4.      Pendekatan Edukatif              12. Pendekatan kompetensi
5.      Pendekatan Pengalaman         13. Pendekatan keterampilan proses
6.      Pendekatan Pembiasaan          14. Pendekatan lingkungan
7.      Pendekatan Emosional            15. Pendekatan kontekstual
8.      Pendekatan Rasional               16. Pendekatan tematik


 

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah ,SyaifulBahridan Aswan Zain. 1996. StrategiBelajarMengajar. Jakarta:PT RINEKA CIPTA.
Mulyasa, E.2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mustakim,  Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran Buku 1. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada Media Group









       [1] http://yusrikeren85.blogspot.com/2011/11/makalah-pengertian-strategi.html diakses pada tanggal 11 september 2013
       [2] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran Buku 1, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm, 38-39.
       [3] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2010), hlm, 225
       [4] Zaenal Mustakim, Op. cit., hlm, 39-40
       [5] Wina Sanjaya, Op. cit,. hlm,228
       [6] Wina Sanjaya, Op. cit,. hlm, 225
       [7] Zaenal Mustakim, Op. cit,. hlm, 40-44
       [8] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 1996), hlm, 62-78.
       [10]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran Buku 1, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm, 72-73
       [11] E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm, 96
       [12] Ibid., hlm. 99-100
       [13] Ibid., hlm. 101
       [14] Ibid., hlm. 102-103
       [15] Ibid., hlm. 104