PRINSIP BELAJAR DAN PENDEKATAN DALAM MENGAJAR
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Chusna Maulida

Disusun oleh:
Edward Muslim (2021
111 236)
Kelas A
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas
dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum,
guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk
kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menerapkan
prinsip dan pendekatan pembelajaran agar
peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan menyenangkan. Hal ini
dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga
merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal
untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan
yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menerapkan prinsip dan pendekatan yang tepat. Salah satu solusinya yaitu
dengan mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih
senang dan lebih termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan membahas tentang prinsip dan pendekatan dalam mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Strategi
berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk
mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam
lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang
memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran
yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.
Menurut J.R
David (1976) strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sementara itu dick and Carey (1985) berpendapat bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama
untuk menimbulkan hasil belajar siswa/peserta latih.
Pendapat dari
moedjiono (1993) strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan
mengupayakan terjadinya konsisiten antara aspek-aspek dari komponen pembentuk
sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu.
Merujuk dari
beberapa pendapat diatas strategi pembelajaran dapat dimaknai secara sempit dan
luas. Secara sempit strategi mempuanyai kesamaan dengan metoda yang berarti
cara untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara luas strategi
dapat diartikan sebagai suatu cara penetakapan keseluruhan aspek yang berkaitan
dengan pencapaian tujuan pembelajaran, teramasuk perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian.[1]
B.
Prinsip-Prinsip Mengajar.
Agar lalu lintas pengajaran dapat berjalan lancar, teratur,
terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada stagnasi pengajaran, maka
guru harus mengerti, memahami, menghayati berbagai prinsip pengajaran sekaligus
mengaplikasikan pada waktu dia melaksanakan tugasnya.
1.
Prinsip Aktivitas
Thomas M. Risk dalam bukunya “Principles and practices of
teaching”, mengemukakan “Teaching is evidance of learning experiences”
(mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar). Pengalaman itu sendiri
hanya mungkin diperoleh jika pesertadidik dengan keaktifannya sendiri beraksi
terhadap lingkungan.[2]
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar
adalah berbuat: memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong
aktifitas siswa. Aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik,
akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas
mental.[3]
2.
Prinsip Motivasi
Walker
(1967) dalam bukunya “Conditioning and Instrumental learning” mengatakan
“perubahan-perubahan yang dipelajari memberi hasil yang baik bilamana orang
mempunyai motivasi untuk melakukannya”.
Thomas M. Risk
memberikan pengertian motivasi sebagai berikut: motivasi adalah usaha yang
disadari oleh pihak guru untuk
menimbulkan motif-motif para peserta didik yang menunjang ke arah tujuan
belajar.[4]
Motivasi
adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya
motivasi tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu,
membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap
proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikn sebagai dorongan yang memungkinkan
siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul
dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan (need).[5]
3.
Prinsip Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Wlaupun
kita mengajar pada sekelompok siswa, namun hakikatnya yang ingin kita capai
adalah perubahan perilaku setiap siswa.[6]
Iqbal mengatakn bahwa perkembangan individualitas merupakan suatu
proses yang kreatif. Dalam proses individu harus memerankan proses yang aktif,
selalu mengadakan aksi dan rreaksi yang bertujuan terhadap lingkungannya.
Ibn
Khaldun menganjurkan agar bidang studi itu, susah gampangnya
disesuaikan/diseimbangkan dengan kemampuan otak masing-masing peserta didik.
Al Ghazali mengatakan bahwa kejadian utama dan pertama bagi guru
adalah mengajarkan pada peserta didik apa yang mudah dipahami, sebab suatu
bidang studi yang sukar akan berakibat kericuhan mental/akal dan peserta didik
akan menjauhi/tidak memperhatikan.
4.
Prinsip Lingkungan
Pembawaan yang potensial dari individu itu tidak spesifik melainkan
bersifat umum dan dapat berkembang menjadi bermacam-macam kenyataan hasil
interaksi dengan lingkungannya.
Hasil penyelidikan pakar psikologi menyebutkan bahwa faktor
pembawaan lebih menentukan dalam hal intelegensi, fisik dan reaksi indrawi.
Adapun faktor lingkungan lebih berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan,
kepribadian, sikap dan nilai.
Ada
dua macaam cara menggunakan lingkungan sebagai sumber pengajaran:
a.
Membawa peserta didik dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan
pelajaran.
b.
Membawa sumber-sumber dari masyarakat kedalam kelas pelajaran untuk
kepentingan pribadi.
5.
Prinsip Konsentrasi
Secara psikologis, jika memusatkan perhatian pada sesuatu maka
segala stimulus lainnya yang tidak diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya.
Akibatnya dari keadaan ini adalah pengamatan menjadi sangat cermat dan berjalan
dengan baik,. Stimulus yang menjaadi perhatiannya kemudian menjadi mudah masuk
kedalam ingatan, juga alkan menimbulkan tanggapan yang terang, kokoh, tidak
mudah hilang bahkan dapat dengan mudah untuk diproduksikan.
6.
Prinsip Kebebasan
Pengertian kebebasan menurut Rosella Linskie, dalam bukunya “The
Learning Process” adalah mengandung tiga dimensi:
a.
self directedness
b.
Self dicipline
c.
Self control
Kemudian menurut Fulton Sheen memberikan batasan kebebasan ke
dalam:
a.
There is the freedoom to do only what you went to do
b.
There is the freedoom to do only what you must to do
c.
There is the freedoom to do only what you ought to do
Kebebasan menurut kategori pertama disebut anarki, yang kedua
disebut totlitas dan yang ketiga disebut demokrasi.
7.
Prinsip Peragaan
Peragaan meliputi semua pekerjaan panca indra yang
berutjuan untuk mencapai pemberian pemahaman sesuatu hal secara lebih tepat
dengan menggunakan alat-alat indra.
8.
Prinsip kerja sama dan persaingan
Jean D. Grambs berpendapat bahwa pengajaran di sekolah yang
demokratis, kerjasama maupun persaingan sama pentingnya, hanya persaingan yang
dimaksud bukan bertujuan untuk memperoleh hadiah atau kenaikan pangkat, tetapi
untuk mencapai hasil yang lebih tinggi atau untuk memecahkan masalah yang
dihadapi kelompok.
9.
Prinsip Apersepsi
Apersepsi adalah suatu penafsiran buah pikiran yaitu
menyatupadukan dan mengasimilasi sesuatu pengamatan dan penglaman yang telah
dimiliki.
10.
Prinsip Korelasi
Korelasi (saling berkaitan) pengajaran dengan
masalah-masalah keseharian individu maupun dengan bidang lain akan menjadikan
sesuatu yang baru dan berguna bagi peserta didik serta melatih upaya
pemecahannya dengan berdasar pada skill atau pengetahuan dari pengajaran
tersebut.
11.
Prinsip efisiensi dan efektifitas
Pengajaran yang baik adalah proses pengajaran dengan
waktu yang cukup serta dapat membuahkan hasil (pencapaian tujuan instruksional)
secara tepat, cermat dan optimal. Di sini peran metode sangat menentukan
disiplin kelas dan disiplin waktu perlu disadari oleh setiap subjek pengajaran.
12.
Prinsip globalitas
Menurut prinsip globalitas (integralitas) bahwa
keseluruhan adalah menjadi awal titik pengajaran. Peserta didik selalu
mengamati keseluruhan terlebih dahulu baru kemudian bagian-bagiannya. Yaitu
mengenalkan pengajaran kepada peserta didik dari pengertian yang umum kepada
kaidah-kaidah yang khusus.
Dalam psikologi totalitas berpandangan bahwa, pada waktu peserta didik
mengamati sesuatu untuk pertama kalinya, terbentuklah gambaran yang
komperehensif tetapi kabur. Untuk memperjelas gambaran pengamatan sampai pada
bagian-bagiannya diperlukan pengulangan.
13.
Permainan dan hibuan
Kelas pengajaran yang penuh konsentrasi menjadikan
perserta didik kelelahan bosan, butuh refreshing dan rekreasi.
Al ghazali menyarankan agar anak-anak diijinkan
bermain dengan permainan ringan dan tidak yang berat-berat sesudah jam
pelajaran, dengan syarat tidak melatihkan mereka. Jika anak-anak dilarang
bermain dan dipaksa saja belajar , hatinya akan menjadi mati kepintarannya akan
tumpul dan mereka akan merasakan kepahitan dengan hidup ini.[7]
C.
Pendekatan Belajar Mengajar
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
kejadian suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu.
1. Pendekatan Individual
Perbedaan individu anak didik memberikan wawasan
kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak
didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan
pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak , maka
strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan
penuh kepada anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak
dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat
penguasaan optimal.
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok diperlukan dan perlu digunakan
untuk mengembangkan sikap social anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik
sejenis makhluk homo socius yakni
makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuh
kembangkan rasa social yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina
untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing,
shingga terbina kesetiakawanan di kelas.
3. Pendekatan Bervariasi
Pendekatan bervariasi bertolak pada konsepsi bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam berlajar
bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai
motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka
kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk
kepentingan pengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dalam
pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti
karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti, dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni
membuat keributan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya,
tidak tepat diberikan sangsi hokum dengan cara memukul badannya hingga luka
atau cidera. Ini adalah sangsi hokum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah
melakukan pendekatan yang salah.
5. Pendekatan Pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang baik.
Pengalaman adalah guru bisu yang tidak pernah marah. Poengalaman adalah guru
tanpa jiwa, namun dicari oleh siapapun juga.
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari
selama hidup, namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik. Karena itu,
cirri-ciri pengalaman yamng edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang
berarti bagi anak (meaningful), kontinu dengan kehidupan anak,
interaktif dengan lingkungan dan menambah integrasi anak. Demikianlah pendapat Witherington.
6. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang
masih kecil, pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah
akhirnya suatu aktifitas akan menjadi milik anak dikemudian hari.
7. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada pada diri
seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempeunyai
perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan
rohaniah.
Emosi mempunyai peran yang penting di dalam membentuk
kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosional yang berdasarkan
emosi atau perasaan dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan
dan pengajaran terutama untuk pendidikan agama islam. Pendekatan emosional di
sini dimaksudkan untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini,
memahami dan menghayati ajaran agamanya.
8. Pendekatan Rasional
Hanya manusialah yang dapat berpikir, sedangkan
makhluk lainnya tidak mampu berpikir. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat
membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, mana
kebenaran dan mana kedustaan dari suatu ajaran atau perbuatan.
Usaha yang terpenting bagi guru adalah bagaimana
memberikan peranan kepada akal (rasio)
dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama, termasuk mencoba
memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. Karena kemampuan akal itulah akhirnya
dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan pengajaran di
sekolah.
9. Pendekatan Fungsional
Ilmum pengetahuan yang dipelajari oleh anak didik di
sekolah bukanlah hanya sekadar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi
kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk social. Anak dapat
memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Bahkan yang lebih penting adalah ilmu pengetahuan dapat
membentuk kepribadian anak. Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu yang di
dapatnya di sekolah. Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu untuk
kepentingan hidupnya. Dengan begitu, maka nilai ilmu sudah fungsional di dalam
diri anak.
10. Pendekatan Keagamaan
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil
kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa,
yang pada akhirnya nilai-nilai agama tidak dicemooh dan dilecehkan, tetapi
diyakini, di pahami, dihayati, dan diamalkan secara hayat siswa di kandung
badan.[8]
11. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami
gagasan pikiran, pendapat dan perasaan secara lisan maupun tulisan.
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang
diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur
berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan
perasaan).
Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang
memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna. Misalnya
pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa Inggris.[9]
Berikut merupakan konsep penting pendekatan
kebermaknaan:
a) Bahasa berperan sebagai alat pengungkapan
makna karena bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan
melalui struktur.
b) Pendekatan kebermaknaan merupakan
pengajaran bahasa yang natural yang didukung oleh pemahaman lintas budaya.
c) Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang
berbeda, baik secara lisan maupun tulisan tergantung pada situasi saat kalimat
itu digunakan.
d) Belajar bahasa asing adalah belajar
berkomunikasi melalui bahasa tersebut sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan
maupun tulisan, Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran
unsur-unsur bahasa sasaran.
e) Kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan
pembelajaran merupakan motivasi siswa yang sangat penting menentukan
keberhasilan siswa dalam belajar.
f) Pengalaman siswa dalam lingkungan, minat,
tata nilai, dan masa depan siswa harus menjadi pertimbangan dalam mengambil
keputusan pengajaran dan pembelajaran. Karena hal ini dapat membuat proses
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
g) Karena siswa merupakan subyek dan obyek
dalam proses belajar mengajar, maka ciri-ciri dan kebutuhan siswa harus
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengajaran.
h) Dalam proses belajar mengajar, guru
berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan keterampilan
berbahasanya.[10]
12. Pendekatan kompetensi
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang
diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses
pembelajaran, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional
dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Dengan demikian dapat
disimpulkan kompetensi merupakan indikator yang menunjukkan kepada perbuatan
yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaanya secara utuh.[11]
13. Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada proses belajar, aktivitas, kreativitas siswa dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendekatan keterampilan proses bertolak dari suatu pandangan bahwa
setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, dan dalam situasi yang normal,
mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu tugas
guru adalah memberikan kemudahan kepada siswa dengan menciptakan lingkungan
yang kondusif agar semua siswa dapat berkembang secara optimal.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran
antara lain: diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, karya
wisata, studi kasus, bermain peran, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.[12]
14. Pendekatan lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan
sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran
akan menarik perhatian jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan,
sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi
lingkungan.
Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti siswa mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada di
lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Dalam
hal ini siswa dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain
di lingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi. [13]
15. Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan
pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara
nyata, sehingga para siswa mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari,
peserta didika akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh
makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.[14]
16. Pendekatan tematik
Pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk mengadakan
hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi siswa
dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik sering juga disebut
pendekatan terpadu.
Pendekatan tematik atau pendekatan terpadu merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menyatupadukan serangakaian pengalaman belajar, sehingga
terjadi saling berhubungan satu dengan yang lainnya.[15]
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas dapat kita
ketahui bahwa macam-macam prinsip mengajar adalah sebagai berikut:
1.
Prinsip Aktivitas 7. Prinsip kerja sama dan persaingan
2.
Prinsip Motivasi 8. Prinsip Apersepsi
3.
Prinsip Individualitas 9. Prinsip Korelasi
4.
Prinsip Lingkungan 10. Prinsip efisiensi dan efektifitas
5.
Prinsip Kebebasan 11. Prinsip globalitas
6.
Prinsip Peragaan 12. Permainan dan hiburan
Sedangkan pendekatan dalam pembelajaran meliputi:
1. Pendekatan Individual 9. Pendekatan Fungsional
2. Pendekatan Kelompok 10. Pendekatan Keagamaan
3. Pendekatan Bervariasi 11. Pendekatan Kebermaknaan
4. Pendekatan Edukatif 12. Pendekatan kompetensi
5. Pendekatan Pengalaman 13. Pendekatan keterampilan proses
6. Pendekatan Pembiasaan 14. Pendekatan lingkungan
7. Pendekatan Emosional 15. Pendekatan kontekstual
8. Pendekatan Rasional 16. Pendekatan tematik
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah ,SyaifulBahridan Aswan Zain. 1996. StrategiBelajarMengajar. Jakarta:PT
RINEKA CIPTA.
Mulyasa, E.2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi
dan Metode Pembelajaran Buku 1. Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum
dan Pembelajaran.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group
http://yusrikeren85.blogspot.com/2011/11/makalah-pengertian-strategi.htmldiaksespadatanggal 11 september 2013
http://makalahpedia.com/3422/pendidikan/pendekatan-kebermaknaan-pada-proses-belajar-mengajar.htmldiaksespadatanggal 13 september 2013.
[1] http://yusrikeren85.blogspot.com/2011/11/makalah-pengertian-strategi.html diakses pada tanggal 11 september 2013
[9] http://makalahpedia.com/3422/pendidikan/pendekatan-kebermaknaan-pada-proses-belajar-mengajar.html diakses pada tanggal 13 september 2013