KEBEBASAN
DALAM ARTI POSITIF DAN NEGATIF
PROSPEKTIF
DAN RETROSPEKTIF KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB
PENDAHULUAN
“KEBEBASAN” dan “TANGGUNG JAWAB”
seolah-olah merupakan pengertian kembar. Terdapat hubungan timbal balik antara
dua pengertian ini, sehingga orang yang mengatakan “manusia itu bebas” dengan
sendirinya menerima juga “manusia itu bertanggung jawab”.
Sebaliknya,
jika kita bertolak dari pengertian ‘tanggung jawab” kita selalu turut
memaksudkan juga “kebebasan”.
Tidak
mungkin kebebasan (setidak-tidaknya kebebasan dalam arti yang sesungguhnya)
tanpa tanggung jawab dan tidak mungkin tanggung jawab tanpa kebebasan.
Memang benar, tidak jarang kita
mendengar orang berbicara tentang “kebebasan yang bertanggung jawab” tetapi
sebenarnya ungkapan itu merupakan suatu tautology, karena pengertian yang satu
sudah terkandung dalam pengertian yang lain. Kebersangkutan antara dua
pengertian ini akan menjadi lebih jelas dalam analisa yang akan diadakan
tentangnya. Dalam hal ini kita membahas tentang kebebasan dahulu, lalu disusul
dengan uraian tentang tanggung jawab, namun dengan tetap menyadari bahwa kedua
pengertian tersebut tidak dapat terpisah-pisahkan.
PEMBAHASAN
A. KEBEBASAN
Sebenarnya
tidak ada munusia yang tidak tahu apa itu kebebasan, karena kebebasan merupakan
kenyataan yang akrab dngan kita semua. Dalam hidup setiap orang kebebasan
adalah suatu unsur hakiki. Kita semua mengalami kebebasan, justru karena kita
manusia.[1]
Ada orang yang menyalah artikan kebebasan, sehingga
mereka bisa berbuat sekehendak hati tanpa mengindahkan norma-norma yang ada.
Bahkan tidak jarang tingkah laku mereka itu mengganggu ketertiban umum dan
merampas hak orang lain. Lebih jauh lagi kebebasan yang tidak disertai rasa tanggung
jawab itu bisa mencelakakan diri sendiri.[2]
Disebut bebas apabila
kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tdak dibatasi oleh suatu paksaan atau
keterkaitan kepada orang lain.[3]
Kebebasan bisa
dimengerti sebagai “kebebasan dari …..”
dan “kebebasan untuk ….” secara spontan kebebasan dimengerti sebagai
“terlepas dari tekanan atau paksaan”[4]
1. Bebas
Dalam Faham Negatif
Disebut sebagai kebebasan negetif
karena hanya dikatakan bebas dari apa tetapi tidak ditentukan bebas untuk apa.
Orang itu benar kalau
kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi orang lain dengan bentuk
paksaan atau tekanan.[5]
Rupanya kebebasan yang paling mudah
dimengerti dengan cara negatif. Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari
“bebas” dipahami sebagai “terlepas”, “tidak ada”, “tanpa”. Misalnya tentang :
kebebasan tugas, jalan bebas hambatan, wilayah-wilayah bebas becak, makan bebas
bakteri, daerah bebas buta huruf dll.
2. Bebas
Dalam Faham Positif
Yaitu kebebasan yang timbul
pengertian positif “bebas tidak hanya dari sesuatu melainkan juga untuk
sesuatu” atau “kebebasan untuk ….”harus diisi oleh menusia sendiri.
Kemungkinan-kemungkinan ini sama luasnya dengan kreatif manusia.[6]
3. Tiga
Macam Kebebasan
a). Kebebasan Jasmaniah
tidak
adanya paksaan terhadap kemungkinan-kemungkinan untuk menggerakan badan kita.
Jangkauan kebebasan jasmaniah ini ditentukan oleh badan kita sendiri dan tentu
saja tidak terbatas.
b). Kebebasan Kehendak
Kebebasan
untuk menghendaki sesuatu. Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh jangkauan
kemngkinan untuk berfikir, karena manusia dapat memikirkan apa saja ia dapat
juga menghendakinya.
Lain
dengan kebebasan Jasmaniah, kebebasan kehendak tidak dapat secara langsung
dibatasi dari luar.
c). Kebebasan Moral
1.
Arti Luas
Tidak
adanya macam-macam ancaman, tekanan larangan dan lain desakan yang tidak sampai
berupa paksaan fisik.
2.
Arti Sempit
Tidak
adanya kewajiban. Saya bebas apabila kemungkinan-kemungkinan saya untuk
bertindak itu tidak ada yang diwajibkan (sehingga dengan memilih kemungkinan
yang lain saya langgar kewajiban) dan tidak ada yang dilanggar.[7]
Seorang dikatakan bebas, apabila :
1. Dapat
menentukan sendiri tujuan-tujuan dan apa yang dilakukannya.
2. Dapat
memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.
3. Tidak
dipaksa / terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan dipilihnya sendiri
ataupun dicegah dari berbuat apa yang dipilihnya sendiri, oleh kehendak orang
lain, Negara atau kekuasaan apapun.
B. TANGGUNG
JAWAB
Bertanggungung
jawab berarti : dapat menjawab, bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan.
Orang yang bertanggung jawab dapat diminta
penjelasan tentang tingkah lakukanya dan bukan saja ia menjawab kalau ia mau
melainkan juga ia harus menjawab. Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak
boleh mengelak, bila diminta tentang penjelasan perbuatannya.
Tanggung
jawab dapat juga berarti mencerminkan kesediaan menanggung semua resiko akibat
dari perbuatan. Tanggung jawab yaitu keadaan wajib menanggung segala sesuatunya
(kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, boleh dipersalahkan, diperkirakan)
tanggung jawab merupakan sifat-sifat yang amat baik bagi manusia.[8]
Tanggung jawab dibedakan antara :
a. Tanggung
jawab Restropektif
Adalah tanggung jawab atas perbuatan
yang telah berlangsung dan segala konsekuensinya.
b. Tanggung
jawab Prospektif
Adalah tanggung jawab atas
perbuatan yang akan datang.
Dalam hidup sehari hari kita lebih
sering banyak mengalami tanggung jawab restropektif, karena biasanya tanggung
jawab baru dirasakan betul-betul, bila kita berhadapan dengan konsekuensinya.
Disinipun kiasan “harus memberi jawaban” tampak dengan paling jelas. Sebelum
perbuatan dilakukan pelaku bersangkutan tentu sudah bertanggung jawab (dalam
arti prospektif), tapi saat itu tanggung jawabnya masih terpendam dalam hatinya
dan belum berhadapan dengan orang lain. Baik untuk tanggung jawab retrospektif
maupun untuk tanggung jawab prospektif berlaku bahwa tidak ada tanggung jawab
tidak ada kebebasan.[9]
Dengan
kebenaran keputusan Tuhan yang tak dapat diubah, maka orang-orang berdosa tidak
akan ditanya pada hari akhir. Seluruh kehidupan mereka hingga saat yang
menentukan. Manusia telah diperintahkan oleh Al-Qur’an agar bertanggung jawab
atas keyakinan dan pelanggaran mereka : apakah perintah untuk bertanggung jawab
dapat digeneralisasikan kepada malaikat dan Tuhan sendiri tidak begitu jelas.
Dijelaskan bahwa : Ia (Tuhan) tidak akan ditanya tentang apa yang ia perbuat,
tetapi mereka (manusia) akan ditanya.[10]
C.KEBEBASAN
DAN TANGGUNG JAWAB
Dalam tanggung jawab terkandung
pengertian “penyebab” orang bertanggung jawab atas sesuatu yang disebabkan olehnya.
Orang yang tidak menjadi penyebab dari sesuatu akibat tidak bertanggung jawab
juga. Bila teman saya mengakibatkan kecalakaan lalu lintas, saya tidak bertanggung
jawab, sekalipun ia menggunakan sepeda motor saya. Dalam hal ini saya tidak bertanggung
jawab, justru karena tidak menjadi penyebabnya. Kalau seorang bapak melakukan
tindakan kriminal dan karena itu dihukum penjara seumur hidup, maka hanya
dialah yang bertanggung jawab, bukan istri atau anak-anaknya (dengan pengandaian
tentu bahwa ia memang bertindak sendirian). Adalah sama sekali tidak adil, bila
istri dan anak-anaknya dipersalahkan atau didiskriminasi akibat kejahatan si
bapak itu, justru bukan merekalah yang melakukan tindak kejahatan itu. Tetapi
untuk bertanggung jawab, tidak cukuplah orang menjadi penyebab, perlu juga
orang menjadi penyebab bebas. Kebebasan adalah syarat mutlak untuk bertanggung
jawab. [11]
Kebebasan
ditantang kalau berhadapan dengan kewajiban moral. Sikap moral yang dewasa
adalah sikap yang bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada
kebebasan.
Jadi kebebasan mengandung pengetian
:
1. Kemampuan
untuk menentukan diri sendiri.
2. Kemampuan
untuk bertanggung jawab.
3. Kedewasaan
manusia.
4. Keseluruhan
kondisi yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan tujuan hidupnya.
Tingkah
laku yang didasarkan pada sikap, sistem nilai dan pola fikir berarti tingkah
laku berdasarkan kesadaran, berarti bukan instinktif, terdapat makna kebebasan
manusia yang merupakan objek material etika. [12]
Kesimpulan :
Kami
menyimpulkan bahwa kebebasan itu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tanggung
jawab. Karena kebebasan tanpa didasari tanggung jawab juga tidak akan berjalan
sesuai dengan yang kita inginkan, begitu juga tanggung jawab. Jika tidak
diiringi dengan kebebasan juga tak akan berjalan semestinya. Karena dalam
kehidupan ini tidak ada kebebasan yang sepenuh-penuhnya pasti ada aturan-aturan
yang mengikat karena ada aturan itu kita diharuskan mempunyai rasa tanggung
jawab. Agar berjalan selaras kehidupan ini, dengan demikian berarti kebebasan
dan tanggung jawab mempengaruhi perilaku seseorang.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Abdullah. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Prespektif Islam.
Jakarta : Sinar grafika Offset.
·
Charris,zubair Achmad. 1995. Kuliah Etika. Jakarta : PT. Erafindo
Pustaka.
·
Fakhry. Majid.1996 Etika Dalam Islam. Yokyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
·
K.Bertens.1999.Etika. Jakarta : gramedia pustaka utama.
·
Rasjidi.1975.Filsafat Agama. Jakarta : Bulan Bintang.
[1] K.Bertens,Etika,Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama,1999.hlm.92
[2]
M.Yatimin Abdullah,Studi Etika dalam Prespektif Islam,Jakarta:Sinar Grafika
Offset,2007.hlm.265
[3]
Drs.Achmad Charris Zubair,Kuliah Etika,Jakarta:Pt.Grafindo Pustaka.1995.hlm.39
[4]
K.Bertens,Op.Cit,hlm.116
[5]
Drs.Achmad Charris Zubair,Op.Cit,hlm.40
[6]
K.Bertens,Op.Cit,hlm.117
[7]
Drs.Achmad Charris Zubair,Op.Cit.hlm 41
[8]
M.Rasjidi,Filsafat Agama,Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1975,hlm.226
[9]
K.Bertens,Op.Cit,hlm.10
[10]
Majid Fakhry.Etika dalam Islam.Yogyakarta:pustaka Pelajar Offset,1996,hlm.10
[11]
K.Bertens,Op.Cit,hlm.126
[12]
Drs.Achmad Charris Zubair,Op.Cit,hlm.44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar