BAB I
PENDAHULUAN
“Bapak
filosof” demikianlah julukan bagi Ibnu Sina yang diberikan oleh sebagian besar
filosof-filosof Islam di Timur. Ia merupakan tokoh kerohanian yang besar.
Ajaran filosof yang dikenal baik sebagai masha’i atau filsafat paripatetisk adalah
sintesis ajaran-ajaran wahyu Islam dengan filsafat Aristotelianisme dan
Neoplatonisme, menjadi sebuah dimensi inteleksualisme yang permanen dalam dunia
Islam dan bertahan sebagai ajaran filsafat yang hidup sampai hari ini,
khususnya filsafat abad pertengahan.1)
Dalam
pembahasan makalah kelompok kami, kami akan memaparkan / menjelaskan tentang
Ibnu Sina baik dari segi biografi, setting sosial, metode, teori dan
pemikiran-pemikirannya.
PEMBAHASAN
A. Biografi
Ibnu Sina disamping sebagai seorang tokoh
pendidikan, juga seorang filosof, dokter di dunia Barat dan Timur. Nama lengkap
Abu Ali Al-Husein bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina. Ayahnya seorang ulama
besar di Kharistan Bukhoro,
ia lahir dikalangan orang agamis
yang sangat taat beribadah. Ayahnya juga seorang pembantu kerajaan. Disanalah
Ibnu Sina besar.
Menurut Ibnu Khalikan ia lahir pada bulan Shafar 370
Hijriyah, di desa Afshanah dekat kota
Kharmaltan propinsi Bukhara Afganistan. Bukhara
salah satu diantara beberapa daerah yang dalam sejarah Islam dikenal dengan
sebutan Ma Wara An-Nahr, yaitu daerah yang terletak disekitar sungai Jiliun di
Uzbekistan.2)
Pada tahun 428 H / 1037 Masyarakat Ibnu Sina
meninggal dunia pada hari Jum’at bulan Ramadhan, dalam usia 58 tahun dan
kemudian ia dikuburkan di Hamazan.3)
B.
Setting Sosial
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, dimana
khilafah abu abasiyah mengalami memunduran dan negara-negara yang mula-mula
berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu per satu
untuk berdiri sendiri. Kota Bagdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah
Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Ibnu Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan
mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H.4)
Karena ia mempunyai ingatan dan kecerdasan yang luar
biasa sehingga dalam usia 10 tahun telah mampu menghafal Al-Qur'an, sebagian
besar sastra Arab, dan ia juga hafal kitab metafisika karangan Aristoteles
setelah dibacanya empat puluh kali, kendatipun ia belum memahaminya sampai
memabca ulasan Al-Farabi. Pada usia 16 tahun ia telah banyak menguasai ilmu
pengetahuan, sastra Arab, fikih, ilmu hitung, ilmu ukur, dan filafat. Bahkan,
ilmu kedokteran dipelajarinya sendiri.
Adapun guru-guru Ibnu Sina antara lain adalah :
- Abu ‘Abdullah Al-Natili ( dalam bidang logika ).
- Isma’il ( seorang zahid ).5)
Ibnu Sina merupakan satu diantara sasaran Al-Ghazali
dalam serangannya terhadap kaum filosof. Ibnu Sina semula memusatkan diri dalam
ilmu pengetahuan fisik hingga ia meraih penghargaan sebagai “Princes of
Physicians”, dan sebagai seorang yang penuh gairah dan keasyikan pola
kehidupan hidonistik yang seharusnya tidak memenuhi persyaratan sebagai
peneliti yang bersifat moralistik.6)
Aspek yang banyak ilusrasinya dari kebesaran dan
kemasyhuran yang pasti dari Ibnu Sina adalah dari hasil studinya tentang kimia,
astronomi, dan kedokteran, tetapi karya falsafahnya adalah lebih kuat daya
tahannya dan mempunyai pengaruh yang berdasarkan dalam pemikiran muslim,
terutama dikalangan syi’ah. Faham-faham Ibnu Sina dalam falsafah besar sekali pengaruhnya
kepada orang-orang syiah, sebab itu tidak mengherankan kita, kerajaan Iran sangat
besar hasratnya untuk melakukan peringatan atas 1000 tahun Ibnu Sina.
Gelar “As Syekh” pernah ia dapat, karena sangat aktif
berkemcimpung di dalam bidang ilmu pengetahuan dan falsafah. Juga gelar “Ra’is”
ia dapatkan karena beliau berkedudukan sebagai memberi aksi latin memberi gelar
kepada Ibnu Sina dalam bidang kedokteran yaitu menyebutkannya “Arabicum
Medicarium Principes”( Raja dokter-dokter Arab ).7)
Buku atau karya-karya Ibnu Sina yang terkenal adalah :
- Asy-Syifa adalah buku yang mengkaji masalah filsafat.
- An-Najat adalah ringkasan dari Asy-Syifa.
- Al-Isyarat Wat-Tanbihat adalah buku yang terakhir dan terbaik.
- Al-Hikmat Al-Masyriqiyyah adalah buku yang mengkaji tenttang tasawuf, tetapi menurut Carlos Nalline berisi tentang filsafat Timur.
- Al-Qanun atau Canon of Medicine.
Dan masih banyak lagi buku karangan Ibnu Sina kurang
lebih berjumlah 276 buah dan ini meliputi berbagai objek ilmu pengetahuan
seperti filsafat, kedokteran, geometri, astronomi, musik, syair, teologi,
politik, matematika, fisika, kimia, sastra, kosmologi dan sebagainya.8)
C.
Metode Pendidikan
Dalam mengemukakan pemikiran-pemikirannya serta
memandang setting sosialnya, maka dapat kita sebut bahwa beliau menggunakan
pendekatan sintesis karena beliau senang berpindah-pindah dalam mencari ilmu,
maka menjadikan beliau mengalami gerakan pemikiran yang bebas sesuai dengan
pengaruh guru-guru beliau. Dan selian itu metode yang digunakan adalah Uswatun
Khasanah ( teladan ) dan
pembiasaan.9)
D.
Teori Pendidikan
Teori pendidikan yang digunakan oleh Ibnu Sina cenderung
pada pendidikan yang bersifat moral religius dan budi pekerti.
E. Pokok-Pokok Pemikiran Ibnu Sina Tentang Pendidikan
Pemikiran Ibnu Sina dalam bidang pendidikan antara lain
berkenaan dengan tujuan pendidikan, kurikulum, metode pengjaran, guru dan
pelaksanaan hukuman dalam pendidikan.
1.
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan
seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna,
yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu tujuan
pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang
agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan
atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan
potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian dalam rumusan tujuan pendidikan yang
dikemukakan Ibnu Sina itu sudah terkandung strategi yang mendasar mengenai
dasar dan fungsi pendidikan, yaitu bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak
didik, selain harus dapat mengembangkan potensi dan bakat dirinya secara
optimal dan menyeluruh, juga harus mampu menolong manusia agar eksis dalam
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di masyarakat dengan suatu keahlian
yang dapat diandalkan.
2.
Kurikulum
Secara sederhana istilah kurikulum digunakan untuk
menunjukkan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
gelar atau ijazah.
Konsep Ibnu Sina tentang kurikulum didasarkan pada
tingkat perkembangan usia anak didik. Konsep kurikulum yang ditawarkan Ibnu
Sina memiliki tiga ciri; Pertama, konsep kurikulum Ibnu Sina tidak hanya
terbatas pada sekedar menyusun sejumlah mata pelajaran, melainkan juga disertai
dengan penjelasan tentang tujuan dari mata pelajaran tersebut, dan kapan mata
pelajaran itu harus diajarkan.
Kedua, bahwa strategi penyusunan kurikulum yang
ditawarkan Ibnu Sina juga didasarkan pada pemikiran yang bersifat pragmatis
fungsional, yakni dengan melihat segi kegunaan dari ilmu dan ketrampilan yang
dipelajari dengan tuntutan masyarakat atau berorientasi pasar ( marketing
oriented ).
3.
Metode Pengajaran
Metode pengajaran
yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain metode talqin, demonstrasi, pembebasan
dan teladan, diskusi, magang dan penugasan.
4.
Konsep Guru
Konsep guru yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain
berkisar tentang guru yang baik. Dalam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan bahwa
guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara
mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari
berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan
santu, bersih dan suci murni.
5.
Konsep Hukuman Dalam Pengajaran
Ibnu Sina membolehkan pelaksanaan hukuman dengan cara
yang ekstra hati-hati dan hal itu hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa
atau tidak normal. Sedangkan dalam keadaan normal, hukuman tidak boleh
dilakukan.10)
F.
Analisa
Dari pemikiran Ibnu Sina tentang pendidikan
dimasukkan dalam falsafah ilmu, jiwa dan tasawuf. Selain itu juga Ibnu Sina
memiliki pemikiran keagamaan yang mendalam. Kecerdasan pemikirannya dan
keyakinan keagamaannya secara stimulant mewarnai cara berfikirnya.
Adapun konsep pemikiran pendidikan Ibnu Sina bersifat
demokratis, pragmatis dan mempunyai kedewasaan ke depan.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan diats dapat kita simpulkan bahwa Ibnu Sina lahir pada bulan Shafar
tahun 370 H dan wafat apda thaun 428 H atau 1037 M. Nama lengkap Ibnu Sina
adalah Abu Ali Al-Husein bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina. Pada usia 10
tahun ia mampu menghafal Al-Qur'an dan ia menyandang gelar As-Syekh karena ia
sangat aktif berkecimpung di dalam bidang ilmu pengetahuan.
Adapun
metode yang digunakan adalah Uswatun Khasanah ( teladan ) dan pembiasaan. Untuk
teori yang digunakan Ibnu Sina adalah cenderugn kepada moral religius dan budi
pekerti. Sedangkan mengenai pokok-pokok pemikirannya tentang pendidikan
diantarnaya meliputi : tujuan pendidikan, kurikulum, metod pengajaran, guru dan
pelaksanaan hukuman dan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
v Ahmad Daudy, Kuliah
Filsafat Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993 ).
v Ahmad Hanafi,
MA, Pengantar Filsafat Islam, Cet. 6, ( Jakarta : PT. Bulan Bintang,
1996 ).
v Cyril Classe, Ensiklopedia
Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999 ).
v __________,
Ensiklopedia Islam,
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
v
Dr. H. Abuddin Nata, MA, Pemikiran
Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, (
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001 ).
v Dr. Hasyimsyah Nasution, MA,
Fislafat Islam, ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999 ).
v H. Zainal Abidin
Ahmad, Negara Adil Makmur, ( Jakarta
: Bulan Bintang, tt ).
v M. Arsyad
Natsir, Ilmuwan Islam Sepanjagn Sejarah, ( Bandung : Mirzan, 1989 ).
v M.M. Syarif, M.A,
Para Filosof Muslim, ( Bandung :
Mirzan, 1991 ).
v Sayyid Hussein
Nasr, Intelektual Islam Teologi Filsafat dan Grosis, ( Yogyakarta : Ciis
Press, 1995 ).
1) Sayyid
Hussein Nasr, Intelektual Islam Teologi Filsafat dan Grosis, ( Yogyakarta
: Ciis Press, 1995 ), hlm. 46 –
47.
2) Ensiklopedia
Islam, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta,
hlm. 258.
3)
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993 ),
hlm. 68.
4) Ahmad
Hanafi, MA, Pengantar Filsafat Islam, Cet. 6, ( Jakarta : PT. Bulan
Bintang, 1996 ), hlm. 115.
5)
Dr. Hasyimsyah Nasution, MA, Fislafat Islam, ( Jakarta : Gaya
Media Pratama, 1999 ), hlm. 67.
6)
Cyril Classe, Ensiklopedia Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1999 ), hlm. 155.
7)
H. Zainal Abidin Ahmad, Negara Adil Makmur, ( Jakarta : Bulan Bintang, tt ), hlm. 271.
8)
M. Arsyad Natsir, Ilmuwan Islam Sepanjagn Sejarah, ( Bandung : Mirzan,
1989 ), hlm. 166.
9)
M.M. Syarif, M.A, Para Filosof Muslim, ( Bandung : Mirzan, 1991 ), hlm.
62 – 63.
10) Dr. H.
Abuddin Nata, MA, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat
Pendidikan Islam, ( Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 ), hlm.67 – 79.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar