Social Icons

Pages

18 Nov 2012

Filsafat Ibnu Sina


BAB  I
PENDAHULUAN

“Bapak filosof” demikianlah julukan bagi Ibnu Sina yang diberikan oleh sebagian besar filosof-filosof Islam di Timur. Ia merupakan tokoh kerohanian yang besar. Ajaran filosof yang dikenal baik sebagai masha’i atau filsafat paripatetisk adalah sintesis ajaran-ajaran wahyu Islam dengan filsafat Aristotelianisme dan Neoplatonisme, menjadi sebuah dimensi inteleksualisme yang permanen dalam dunia Islam dan bertahan sebagai ajaran filsafat yang hidup sampai hari ini, khususnya filsafat abad pertengahan.1)
Dalam pembahasan makalah kelompok kami, kami akan memaparkan / menjelaskan tentang Ibnu Sina baik dari segi biografi, setting sosial, metode, teori dan pemikiran-pemikirannya.
















BAB  II
PEMBAHASAN

A.    Biografi

Ibnu Sina disamping sebagai seorang tokoh pendidikan, juga seorang filosof, dokter di dunia Barat dan Timur. Nama lengkap Abu Ali Al-Husein bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina. Ayahnya seorang ulama besar di Kharistan Bukhoro, ia lahir dikalangan orang agamis yang sangat taat beribadah. Ayahnya juga seorang pembantu kerajaan. Disanalah Ibnu Sina besar.
Menurut Ibnu Khalikan ia lahir pada bulan Shafar 370 Hijriyah, di desa Afshanah dekat kota Kharmaltan propinsi Bukhara Afganistan. Bukhara salah satu diantara beberapa daerah yang dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Ma Wara An-Nahr, yaitu daerah yang terletak disekitar sungai Jiliun di Uzbekistan.2)
Pada tahun 428 H / 1037 Masyarakat Ibnu Sina meninggal dunia pada hari Jum’at bulan Ramadhan, dalam usia 58 tahun dan kemudian ia dikuburkan di Hamazan.3)

B.     Setting Sosial
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, dimana khilafah abu abasiyah mengalami memunduran dan negara-negara yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu per satu untuk berdiri sendiri. Kota Bagdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Ibnu Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H.4)
Karena ia mempunyai ingatan dan kecerdasan yang luar biasa sehingga dalam usia 10 tahun telah mampu menghafal Al-Qur'an, sebagian besar sastra Arab, dan ia juga hafal kitab metafisika karangan Aristoteles setelah dibacanya empat puluh kali, kendatipun ia belum memahaminya sampai memabca ulasan Al-Farabi. Pada usia 16 tahun ia telah banyak menguasai ilmu pengetahuan, sastra Arab, fikih, ilmu hitung, ilmu ukur, dan filafat. Bahkan, ilmu kedokteran dipelajarinya sendiri.
Adapun guru-guru Ibnu Sina antara lain adalah :
  1. Abu ‘Abdullah Al-Natili ( dalam bidang logika ).
  2. Isma’il ( seorang zahid ).5)
Ibnu Sina merupakan satu diantara sasaran Al-Ghazali dalam serangannya terhadap kaum filosof. Ibnu Sina semula memusatkan diri dalam ilmu pengetahuan fisik hingga ia meraih penghargaan sebagai “Princes of Physicians”, dan sebagai seorang yang penuh gairah dan keasyikan pola kehidupan hidonistik yang seharusnya tidak memenuhi persyaratan sebagai peneliti yang bersifat moralistik.6)
Aspek yang banyak ilusrasinya dari kebesaran dan kemasyhuran yang pasti dari Ibnu Sina adalah dari hasil studinya tentang kimia, astronomi, dan kedokteran, tetapi karya falsafahnya adalah lebih kuat daya tahannya dan mempunyai pengaruh yang berdasarkan dalam pemikiran muslim, terutama dikalangan syi’ah. Faham-faham Ibnu Sina dalam falsafah besar sekali pengaruhnya kepada orang-orang syiah, sebab itu tidak mengherankan kita, kerajaan Iran sangat besar hasratnya untuk melakukan peringatan atas 1000 tahun Ibnu Sina.
Gelar “As Syekh” pernah ia dapat, karena sangat aktif berkemcimpung di dalam bidang ilmu pengetahuan dan falsafah. Juga gelar “Ra’is” ia dapatkan karena beliau berkedudukan sebagai memberi aksi latin memberi gelar kepada Ibnu Sina dalam bidang kedokteran yaitu menyebutkannya “Arabicum Medicarium Principes”( Raja dokter-dokter Arab ).7)
Buku atau karya-karya Ibnu Sina yang terkenal adalah :
  1. Asy-Syifa adalah buku yang mengkaji masalah filsafat.
  2. An-Najat adalah ringkasan dari Asy-Syifa.
  3. Al-Isyarat Wat-Tanbihat adalah buku yang terakhir dan terbaik.
  4. Al-Hikmat Al-Masyriqiyyah adalah buku yang mengkaji tenttang tasawuf, tetapi menurut Carlos Nalline berisi tentang filsafat Timur.
  5. Al-Qanun atau Canon of Medicine.
Dan masih banyak lagi buku karangan Ibnu Sina kurang lebih berjumlah 276 buah dan ini meliputi berbagai objek ilmu pengetahuan seperti filsafat, kedokteran, geometri, astronomi, musik, syair, teologi, politik, matematika, fisika, kimia, sastra, kosmologi dan sebagainya.8)

C.    Metode Pendidikan
Dalam mengemukakan pemikiran-pemikirannya serta memandang setting sosialnya, maka dapat kita sebut bahwa beliau menggunakan pendekatan sintesis karena beliau senang berpindah-pindah dalam mencari ilmu, maka menjadikan beliau mengalami gerakan pemikiran yang bebas sesuai dengan pengaruh guru-guru beliau. Dan selian itu metode yang digunakan adalah Uswatun Khasanah        ( teladan ) dan pembiasaan.9)

D.    Teori Pendidikan
Teori pendidikan yang digunakan oleh Ibnu Sina cenderung pada pendidikan yang bersifat moral religius dan budi pekerti.

E.     Pokok-Pokok Pemikiran Ibnu Sina Tentang Pendidikan

Pemikiran Ibnu Sina dalam bidang pendidikan antara lain berkenaan dengan tujuan pendidikan, kurikulum, metode pengjaran, guru dan pelaksanaan hukuman dalam pendidikan.
1.      Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian dalam rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina itu sudah terkandung strategi yang mendasar mengenai dasar dan fungsi pendidikan, yaitu bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak didik, selain harus dapat mengembangkan potensi dan bakat dirinya secara optimal dan menyeluruh, juga harus mampu menolong manusia agar eksis dalam melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di masyarakat dengan suatu keahlian yang dapat diandalkan.
2.      Kurikulum
Secara sederhana istilah kurikulum digunakan untuk menunjukkan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.
Konsep Ibnu Sina tentang kurikulum didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik. Konsep kurikulum yang ditawarkan Ibnu Sina memiliki tiga ciri; Pertama, konsep kurikulum Ibnu Sina tidak hanya terbatas pada sekedar menyusun sejumlah mata pelajaran, melainkan juga disertai dengan penjelasan tentang tujuan dari mata pelajaran tersebut, dan kapan mata pelajaran itu harus diajarkan.
Kedua, bahwa strategi penyusunan kurikulum yang ditawarkan Ibnu Sina juga didasarkan pada pemikiran yang bersifat pragmatis fungsional, yakni dengan melihat segi kegunaan dari ilmu dan ketrampilan yang dipelajari dengan tuntutan masyarakat atau berorientasi pasar ( marketing oriented ).
3.      Metode Pengajaran
Metode  pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain metode talqin, demonstrasi, pembebasan dan teladan, diskusi, magang dan penugasan.
4.      Konsep Guru
Konsep guru yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain berkisar tentang guru yang baik. Dalam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santu, bersih dan suci murni.
5.      Konsep Hukuman Dalam Pengajaran
Ibnu Sina membolehkan pelaksanaan hukuman dengan cara yang ekstra hati-hati dan hal itu hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa atau tidak normal. Sedangkan dalam keadaan normal, hukuman tidak boleh dilakukan.10)

F.     Analisa
Dari pemikiran Ibnu Sina tentang pendidikan dimasukkan dalam falsafah ilmu, jiwa dan tasawuf. Selain itu juga Ibnu Sina memiliki pemikiran keagamaan yang mendalam. Kecerdasan pemikirannya dan keyakinan keagamaannya secara stimulant mewarnai cara berfikirnya.
Adapun konsep pemikiran pendidikan Ibnu Sina bersifat demokratis, pragmatis dan mempunyai kedewasaan ke depan.












KESIMPULAN


Dari pembahasan diats dapat kita simpulkan bahwa Ibnu Sina lahir pada bulan Shafar tahun 370 H dan wafat apda thaun 428 H atau 1037 M. Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Al-Husein bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina. Pada usia 10 tahun ia mampu menghafal Al-Qur'an dan ia menyandang gelar As-Syekh karena ia sangat aktif berkecimpung di dalam bidang ilmu pengetahuan.
Adapun metode yang digunakan adalah Uswatun Khasanah ( teladan ) dan pembiasaan. Untuk teori yang digunakan Ibnu Sina adalah cenderugn kepada moral religius dan budi pekerti. Sedangkan mengenai pokok-pokok pemikirannya tentang pendidikan diantarnaya meliputi : tujuan pendidikan, kurikulum, metod pengajaran, guru dan pelaksanaan hukuman dan pendidikan.



















DAFTAR PUSTAKA


v  Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993 ).
v  Ahmad Hanafi, MA, Pengantar Filsafat Islam, Cet. 6, ( Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1996 ).
v  Cyril Classe, Ensiklopedia Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999 ).
v  __________, Ensiklopedia Islam, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
v  Dr. H. Abuddin Nata, MA, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001 ).
v  Dr. Hasyimsyah Nasution, MA, Fislafat Islam, ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999 ).
v  H. Zainal Abidin Ahmad, Negara Adil Makmur, ( Jakarta : Bulan Bintang, tt ).
v  M. Arsyad Natsir, Ilmuwan Islam Sepanjagn Sejarah, ( Bandung : Mirzan,           1989 ).
v  M.M. Syarif, M.A, Para Filosof Muslim, ( Bandung : Mirzan, 1991 ).
v  Sayyid Hussein Nasr, Intelektual Islam Teologi Filsafat dan Grosis,                         ( Yogyakarta : Ciis Press, 1995 ).


1) Sayyid Hussein Nasr, Intelektual Islam Teologi Filsafat dan Grosis, ( Yogyakarta : Ciis Press,          1995 ), hlm. 46 – 47.
2) Ensiklopedia Islam, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hlm. 258.
3) Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1993 ), hlm. 68.
4) Ahmad Hanafi, MA, Pengantar Filsafat Islam, Cet. 6, ( Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1996 ),          hlm. 115.
5) Dr. Hasyimsyah Nasution, MA, Fislafat Islam, ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999 ), hlm. 67.
6) Cyril Classe, Ensiklopedia Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999 ), hlm. 155.
7) H. Zainal Abidin Ahmad, Negara Adil Makmur, ( Jakarta : Bulan Bintang, tt ), hlm. 271.
8) M. Arsyad Natsir, Ilmuwan Islam Sepanjagn Sejarah, ( Bandung : Mirzan, 1989 ), hlm. 166.
9) M.M. Syarif, M.A, Para Filosof Muslim, ( Bandung : Mirzan, 1991 ), hlm. 62 – 63.
10) Dr. H. Abuddin Nata, MA, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001 ), hlm.67 – 79.

Tidak ada komentar: