MAKALAH
GANGGUAN
PSIKOLOGI
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Pengantar Psikologi
Dosen Pengampu : Siti Mumun Muniroh,S.Psi.MA

Disusun oleh :
Tarbiyah PAI Kelas F
1. Khulaipah (2021 111 242)
2. Sunarti (2021 111 243)
3. Miftakhul Janah (2021 111 244)
4. Nafrotul Izza (2021 111 245)
5. Maghfiroh (2021 111 246)
6. Nasrul Kamal (2021 111 247)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2011 – 2012
PENDAHULUAN
Di
dalam psikologi dikenal tingkah laku (perilaku) yang menyimpang dari tinkah
laku yang normal. Penyimpangan-penyimpangan perilaku/ tingkah laku ini
disebabkan oleh adanya kelainan psikis pada orang-orang yang bersangkutan,
tetapi bisa juga disebabkan karena adanya stesor ( sumber stres) yang datang
dari luar, atau perubahan sosial yang mengubah kriteria normal menjadi tidak
normal. Cabang psikologi yang khusus mempelajari gangguan psikolog ( kelainan
psikis ) ini disebut Psikopatologi atau psikologi abnormal. Sedangkan
usaha-usaha memperbaiki atau menyembuhkan kelainan-kelainan ini ilakukan dalam
psikologi klinis.
PEMBAHASAN
A. Psikologi Abnormal
Adalah suatu
cabang psikologi yang khusus mempelajari gangguan-gangguan psikologi atau
kelainan psikis.
1. Pengertian Abnormal
Menurut Dr. Thomas Szasz, seorang psikater pernah
menyatakan “Jika seseorang berkata bahwa ia sedang berbicara kepada Tuhan,
temannya akan maklum bahwa orang tersebut sedang berdoa. Namun kalau ia berkata
bahwa Tuhan seang berbicara kepadanya, boleh dipastikan bahwa temannya itu akan
menyebutnya gila”. Sebetulnya dapat dipandang cerminan betapa batas antara
keadaan normal dan abnormal tipis sekali atau sukar ditarik.
Dari sudut pandang ilmiahpun seperti dikatakan
Gladstone (1994) “Tidak ada perilaku yang disebut sebagai tingkah laku normal”.
Kenormalan demikian terpaut dengan nilai-nilai budaya sehingga tidak mungkin
dibuat suatu definisi lintas budaya yang obyektif atau universal atau
komperatif, yang memotong perbedaan-perbedaan antar budaya.[1]
2. Bentuk-bentuk
Perilaku Abnormal
Penggolongan bentuk-bentuk perilaku abnormal
selalu mengalami perubahan dari masa ke masa. Bentuk-bentuk perilaku abnormal
yang cukup sering kita jumpai dalam realita hidup sehari-hari antara lain[2]
:
a) Keterbelakangan
Mental
Sebagian orang di dunia ini (2,2%) rendah sekali tingkat intelegensinya dan
mereka ini disebut sebagai orang-orang yang mempunyai keterbelakangan mental.
Tanda-tanda orang yang keterbelakangan mental :
1. Kecerdasan sangat
terbatas,
2. Ketidakmampuan
sosial, yaitu tidak mampu mengurus diri sehingga memerlukan bantuan orang lain,
3. Arah minat sangat
sangat terbatas pada hal-hal tertentu yang sederhana saja,
4. Perhatiannya labil,
mudah pindah-pindah,
5. Daya ingat lemah,
6. Emosi sangat miskin
dan terbatas (hanya ada perasaan senang, takut, marah, benci dan terkejut),
7. Apatis, acuh tak acuh
terhadap sekitarnya,
8. Kelainan-kelainan
badaniyah.
Berdasarkan
taraf intelegensinya, orang-orang terbelakang
dapat dibagi dalam beberapa jenis :
a. Idiot, yaitu yang
paling rendah taraf intelegensinya (IQ dibawah 20)
b. Imbesil yaitu yang
mempunyai IQ 20-50
c. Debil atau moron,
bertaraf intelegensi antara IQ 50-70.[3]
b) Psikoneurosis
Pada hakikatnya bukanlah suatu penyakit
orang-orang yang menderita psikneurosis (neurosis) pada umumnya dapat kita
sebutkan sebagai orang yang normal. Yang diderita oleh orang neurosis adalah
ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik-konflik dalam diri
oran tersebut. Orang tersebut tidak dapat mengatasi knfliknya sehingga tegangan
tidak kunjung eda dan akhirnya menjadi neurosis.[4]
Pada dasarnya gangguan neurotik meliputi berbagai
macam pola diantaranya[5]
:
1. Gangguan kecemasan
Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang dalam
menghadapi situasi yang mengancam dan menekan. Perassan semacam itu merupakan reksi
normal terhadap stress. Kecemasan dianggap abnormal bila terjadi dalam situasi
yang oleh kebanyakan orang dapat diatasi dengan mudah. Kita tidak tahu mengapa
beberapa orang mengalami kecemasan yang kronis, tetapi reaksi mereka tampaknya
mencerminkan perasaan kekurangan dalam menghadapi stres yang mereka hayati
sebagai ancaman. Teori psikoanalisis berasumsi bahwa sumber kecemasan bersifat
internal dan tidak disadari. Orang menekan
impuls tetentu yang dianggap tidak dapat diterima atau berbahaya. Impuls
yamg akan mengancam harga diri atau hubungan dengan orang lain apabila impuls
tersebut diekspresikan. [6]
2. Gangguan Fobia
Gangguan fobia mengandung ketakutan yang cukup
spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat pada suatu
stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan orang ain tidaklah sangat bahaya,
disebut orang yang mempunyai fobia. Orang tersebut biasanya menyadari bahwa
ketakutannya itu tidak rasional tetapi dia tetap merasakan kecemasan (mulai
dari rasa serba salah yang amat sangat sampai panik) yang hanya dapat diredakan
dengan menghindari benda atau situasi yang menakutkan.[7]
Menurut James Drever (1988) mengartikan fobia
sebagai ketakutan pada suatu objek atau keadaan yang tidak dapat dikendalikan,
yang biasanya disertai dengan rasa sakit yang perlu diobati. Pendapat lain
menyebutkan fobia sebagai “rasa takut terhadap hal-hal yang dianggap mengancam”.
Supatriknya (1995) menjelaskan fobia sebagai “perasaan takut yang bersifat
menetap terhadap objek atau situasi tertentu yang sesungguhnya tidak
menimbulkan ancaman nyata bagi yang
bersangkutan . Supatriknya mengemukakan beberapa contoh fobia yang penting.
a. Akrofobia, takut
berada di ketinggian
b. Agorafobia, takut
berada di tempat terbuka
c. Klaustrofobia, takut
berada di tempat tertutup
d. Hematofobia, takut
melihat darah
e. Monofobia, takut
berada sendirian disuatu tempat
f. Niktofobia, takut
pada kegelapan
g. Pirofobia, takut
melihat api
h. Zoofobia, takut pada
binatang pada umumnya atau pada jenis binatang tertentu.[8]
3. Gangguan
Kompulsif-Obsesif
Yaitu penderita memikirkan berulang-ulamg
pemikiran yang mengganggu atau merasa terpaksa berulang-ulang melakukan
beberapa tindakan yang tidak penting, Dorongan kompulsif atau keduanya, Orang
yang bersangkutan tahu bahwa pikiran dan dorongan itu tidak benar dan tidak
masuk akal, tetapi ia tidak dapat melapaskannya.[9]
c) Psikosis
Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian
yang “besar” (psychosis mayor),
karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut
tidak dpat lagi hidup dan bergaul normal dengan orang-rang lain sekitarnya.
Jenis-jenis psikosis sebagai berikut:
a. Psikosis Fungsional
1) Skizofremi
Pada penderita skizofremi biasanya terjadi apa
yang disebut perpecahan kepribadian yaitu pikiran, perasaan dan peruatannya
berjalan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan antara satu dengan lainnya. Jadi
orang tersebut misalnya dapat berbicara tentang anaknya yang meninggal digilas
kereta api (pikiran) sambil tertawa-tawa (peranan) dan menari-nari (perbuatan)
Jenis-jenis skizofremi antara lain :
1. Reaksi simpel, yaitu
jenis yang hanya menunjukkan gejala-gejala di atas tanpa ada knflik batin.
2. Reaksi hebefrenis :
disertai kemunduran mental.
3. Reaksi katatonis :
disertai tingkah laku motorik yang tidak terkontrol.
4. Raksi paranoid :
disertai kecurigaan dan kebencian terhadap orang lain tanpa di dasari alasan
yang jelas.
2) Paranoid dan kondisi
Paranoid
Psikosis jenis ini ditandai oleh adanya kecurigaan
yang tak beralasan yang terus menerus yang pada puncaknya dapat menjadi tingkah
laku agresif. Kondisi paranoid adalah jenis yang merupakan bentuk antara
skizofreni jenis reaksi paranoid dengan paranoia.
3) Psikosis
Manis-Depresif
Jenis psikosis ini terutama menyangkut aspek emosi
penderita.
b. Psikosis Organik
Berbeda dari psikosis fungsional yang menyebabkan
semata-mata adalah faktor kejiwaan (tidak ada kelainan tubuh), maka paa
psikosis organik faktor penyebab utama adalah faktor kelainan-kelainan pada
tubuh atau kelainan-kelainan fungsi anggota tubuh.[10]
d) Psikopatri
Psikopatri adalah kelainan tingkah laku, khususnya
berbentuk tingkah laku, yaitu tidak memperdulikan norma-norma sosial.
Jenis psikopatri antara lain :
i.
Jenis yang simpatik tetapi tidak bertangun jawab
ii.
Jenis yang memusuhi dan memberontak terhadap semua
hal yang telah disukainya
iii.
Jenis hipokandris yaitu yang selalu berbuat
seolah-olah sakit-sakitan, tiak berdaya agar perhatian semua orang tertumpah
kepadanya
iv.
Jenis yang anti sosial, yang betul-betuk tidak
peduli akan kepentingan orang lain, bahkan
jiwa orang lain tidak diperhatikannya.[11]
e) Gangguan Seksual
Ada dua macam gangguan sekaual. Pertama gangguan
funsi seksual (sexsual disfunction)
dan kedua adalah kelainan seksual (sexsual
devience).
Gangguan fungsi seksual adalah gangguan yang
terjadi dalam tahap tetentu dar siklus seksual seseorang. Misalnya timbul rasa
ragu, takut, sakit, atau takut sakit, atau merasa mual atau jijik sehingga
orang yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan fungsi seksual tertentu dengan
sempurna.
Contoh disfungsi seksual adalah:
i.
Hypoactive Sexual Desire
Disorder : Hasrat seksual
menurun/ kurang bisa karena faktor usia, trauma, atau stres.
ii.
Sexual Aversion Disorder : Rasa takut, jijik atau cemas yang sangat
besar untuk berhubungan dengan lawan jenis.
iii.
Female Sexual Arousal Disorder : Disebut juga Frigid. Terjadi pada
perempuan yang tiak terangsang ketika melakukan hubungan seks sehingga tidak
menghasilkan lubrikasi / cairan yang cukup untuk membasahi vaginannya.
iv.
Male Orgasmic Disorder : Dalam bahasa awamnya disbut “impoten”,
yaitu jika laki-laki tidak mampu ber-ereksi ketika aan berhubungan seks.
v.
Female Orgasmic Disorder : Istilah lain adalah “orgasm”.Disebut
demikian jika seorang perempuan tidak bisa orgasme sama sekali, atau memerlukan
waktu sangat lama untuk mencapai orgasme ketika berhubungn seks.
vi.
Male Orgasmic Disorder : ketidakmampuan mencapai orgasme juga
terjadi pada pria walaupun ereksi sempurna tetapi laki-laki tidak bisa mencapai
orgasme.
vii.
Prenature Ejculation : Disebut juga ejakulasi dini. Baru
terangsang sedikit sudah ejakulasi. Biasa terjadi pada remaja atau pria yan
baru pertama kali akan berhubungan seks.
viii.
Dyspareunia : Rasa sakit pada alat kelamin ketika
berhubungan seks. Bisa terjadi pada laki-laki,tetapi jauh lebih sering pada
perempuan.
ix.
Vaginisme :Selain dyspareunia,pada perempuan dapat
tejadi vaginismus, yaitu otot-otot sekitar vagina tegang,kaku dan tidak mau
terbuka sehingga menyakitkan menyakitkan hubungan seks.[12]
Selain itu ada dua macam kelainan pada tingkah laku seksual yaitu:
1. Kelainan pada
objeknya: Disini cara seseorang memuaskan dorongan seksualnya adalah
normal,tetapi objek yang di jadikan sasaran pemuas itulah yang lain dari pada
biasanya. Tetapi, pada orang yang menderita kelainan seksual ini objeknya bisa
berupa orang dari jenis kelamin yang
sama(Homoseksual/lesbian), anak dibawah umur
(Fedofili), hewan (Sodomi), pakaian (fetesisme) dll.
2. Kelainan pada
caranya: objek pemuas seksual tetap lawan jenisnya,tetapi caranya yang tidak
biasa, misalnya memamerkan alat kelamin(eksbibisionis), mengintip (voyulris),
menyakiti partnernya atau di sakiti oleh partnernya(sadis atau masokbis).[13]
f) Bunuh Diri
Pada umumnya kasus bunuh diri dilakukan karena stres yang timbul oleh
bergbagai sebab antara lain :
1. Depresi
2. Krisis dalam hubungan
interpersonal (konflik atau pemutusan hubungan)
3. Kegagalan dan
defaluasi diri
4. Konflik batin
5. Kehilangan makna dan
harapan hidup.[14]
B. Psikoterapi
Adalah upaya interfensi oleh psikoterapis
terlatih agar kliennya bisa mengatasi prsoalannya. Pada dasarnya, metode
psikoterapi adalh wawancara tatap muka perorangan, tetapi dalam praktik banyak
variasi teknik psikoterapi, tergantung padateori yang mendasarinya dan jenis
masalah yang dihadapi oleh klien. Tujuan psikoterapi adalah untuk mengembalikan
keadaan kejiwaan klien yang terganggu (mulaidari masalah ringan sampai gangguan
mental berat) agar bisa berfungs kembali dengan optimal sehingga klien tersebut
merasa bisa dirinya lebih sehat mental.
Ada beberapa jenis psikoterapi antara lain
:
1. Psikoanalisis
Teknik ini diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Sesuai dengan teorinya, freud
mencoba menjelajahi alam ketidaksadaran pasiennya melalui wawancara yang
dinamakannya asosiasi bebas (free
asosiation) sampai pasien ,enemukan sumber masalahnya yang biasanya
terdapat dalam alam ketidaksadaran itu.
2. Hypnoterapi
Sebelum teknik psikoanalisis diperkenalkan, psikiater menggunakan teknik
hipntis untuk menurunkan ambang kesadaran dan mensugesti pasien untuk sembuh
3. Terapi kelompok
Dalam teknik ini, psikoterapis mengajak beberapa orang dalam proses terapi.
Tujuannya adalah agar dibawah arahan psikoterapis, orang-orang dalam kelompok
itu bisa saling berbagi dan mendorong untuk kesembuhan.
4. Terapi bermain
Teknik ini digunakan pada anak-anak. Tujuannya adalah agar sambil bermain,
anak bisa memproyeksikan perasaan-perasaanya terhadap orang-orang yang menjadi
sumber masalahnya (biasanya orang tua, yang biasanya tersimpan dalam alam
ketidaksadarannya, dan tidak bisa dikeluarkan melalui wawancara biasa.
5. Psiko Darma
Sejumlah pasien atau paien bersama keluarganya, bermain peran seakan-akan
mereka mempunyai masalah yang harus diselesaikan bersama.
6. Terapi Humanistik
Disebut juga terapi client centered. Teknik ini dianjurkan oleh Carl Roger ini beranggapan bahwa semua orang
punya aspek positif dalam dirinya.
7. Terapi Perilaku (Behaviour)
Dasar teorinya adalah teori belajar dari J. B. Watson (Behaviorism) yang menyatakan bahwa perilaku bisa ditimbulkan atau
dihambat dengan memberinya Reinforcement
(ganjaran) yang positif (untuk mendorong) atau negatif (menghambat). Teknik ini
digunakan untuk mengatasi fobia.
8. Terapi perilaku
kognitif (Cognitif Behaviour Thereapy/CBT)
Untuk mengatasi kelemahan terapi perilaku, dikembangkan terapi perilaku
kognitif. Dalam terapi ini semua emosi negatif terhadap sesuatu benda atau hal
tertentu, dibahas tuntas secara rasional.
9. Terapi Seni (Art Thereapy)
Biasanya digunakan seni rupa (lukis, patung dll). Dengan itu klien dapat
melepaskan emosinya dan memproyeksikan perasaan- perasaanya sehingga merasa lebih
ringan
10. Konseling
Teknik ini berbentuk wawancara, dimana terapis membantu klien untuk mencari
penyelesaian yang terbaik untuk masalahnya.[15]
KESIMPULAN
Di
dalam Psikologi telah dikenal tingkah laku yang menyimpang daari tingkah laku
normal. Penyimpang tingkah laku tersebut disebabkan adanya kelainan psikis.
Kelainan-kelainan psikis seringkali pula disebabkan penyakit-penyakit
badaniyah. Disamping itu, kelainan psikis dapat juga dianggap sebagai penyakit
kejiwaan. Jadi, teknik-tekniknya adalah teknik-teknik yang biasa dipergunakan
dalam psikologi seperti pemeriksaan psikologis, wawancara, observasi, pemberi
nasihat dan usaha penyembuhan secara psikologis yang disebut psikoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta
·
Atkinson, Rita L dkk. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga
·
Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
·
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV. Pustaka Setia
[1] Drs.Alex Sobur, Psikologi Umum,(Bandung : CV. Pustaka Setia, 2003 )hal. 337
[3] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992) hal 203-204
[5] Drs. Alex Sobur, Op.Cit, hal 344
[6] Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi, (Jakarta : Erlangga, 1983) hal. 248-251
[7] Rita L. Alkitson, Op.Cit, hal.251
[8] Drs. Alex Sobur, Op.Cit, hal. 347
[9] Drs. H. Abu Ahmadi, Op.Cit, hal. 215
[12] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2010) hal. 270-272
[13] Drs H. Abu Ahmadi, Op.Cit, hal. 211-212
[14] Drs. Alex Sobur, Op.Cit, hal. 351
[15] Sarlito W. Sarwono, Op.Cit, hal.273-276
Tidak ada komentar:
Posting Komentar