Social Icons

Pages

16 Nov 2012

GANGGUAN PSIKOLOGI


MAKALAH
GANGGUAN PSIKOLOGI
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Pengantar Psikologi
Dosen Pengampu : Siti Mumun Muniroh,S.Psi.MA

STAIN
Disusun oleh :
Tarbiyah PAI Kelas F

                                           1. Khulaipah                      (2021 111 242)
    2. Sunarti                           (2021 111 243)
    3. Miftakhul Janah            (2021 111 244)
    4. Nafrotul Izza                 (2021 111 245)
    5. Maghfiroh                     (2021 111 246)
    6. Nasrul Kamal                (2021 111 247)
                              SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
            (STAIN) PEKALONGAN
          2011 – 2012



PENDAHULUAN


            Di dalam psikologi dikenal tingkah laku (perilaku) yang menyimpang dari tinkah laku yang normal. Penyimpangan-penyimpangan perilaku/ tingkah laku ini disebabkan oleh adanya kelainan psikis pada orang-orang yang bersangkutan, tetapi bisa juga disebabkan karena adanya stesor ( sumber stres) yang datang dari luar, atau perubahan sosial yang mengubah kriteria normal menjadi tidak normal. Cabang psikologi yang khusus mempelajari gangguan psikolog ( kelainan psikis ) ini disebut Psikopatologi atau psikologi abnormal. Sedangkan usaha-usaha memperbaiki atau menyembuhkan kelainan-kelainan ini ilakukan dalam psikologi klinis.



















PEMBAHASAN

A.    Psikologi Abnormal
Adalah suatu cabang psikologi yang khusus mempelajari gangguan-gangguan psikologi atau kelainan psikis.
1.      Pengertian Abnormal
Menurut Dr. Thomas Szasz, seorang psikater pernah menyatakan “Jika seseorang berkata bahwa ia sedang berbicara kepada Tuhan, temannya akan maklum bahwa orang tersebut sedang berdoa. Namun kalau ia berkata bahwa Tuhan seang berbicara kepadanya, boleh dipastikan bahwa temannya itu akan menyebutnya gila”. Sebetulnya dapat dipandang cerminan betapa batas antara keadaan normal dan abnormal tipis sekali atau sukar ditarik.
Dari sudut pandang ilmiahpun seperti dikatakan Gladstone (1994) “Tidak ada perilaku yang disebut sebagai tingkah laku normal”. Kenormalan demikian terpaut dengan nilai-nilai budaya sehingga tidak mungkin dibuat suatu definisi lintas budaya yang obyektif atau universal atau komperatif, yang memotong perbedaan-perbedaan antar budaya.[1]

2.      Bentuk-bentuk Perilaku Abnormal
Penggolongan bentuk-bentuk perilaku abnormal selalu mengalami perubahan dari masa ke masa. Bentuk-bentuk perilaku abnormal yang cukup sering kita jumpai dalam realita hidup sehari-hari antara lain[2] :
a)      Keterbelakangan Mental
Sebagian orang di dunia ini (2,2%)  rendah sekali tingkat intelegensinya dan mereka ini disebut sebagai orang-orang yang mempunyai keterbelakangan mental. Tanda-tanda orang yang keterbelakangan mental :


1.      Kecerdasan sangat terbatas,
2.      Ketidakmampuan sosial, yaitu tidak mampu mengurus diri sehingga memerlukan bantuan orang lain,
3.      Arah minat sangat sangat terbatas pada hal-hal tertentu yang sederhana saja,
4.      Perhatiannya labil, mudah pindah-pindah,
5.      Daya ingat lemah,
6.      Emosi sangat miskin dan terbatas (hanya ada perasaan senang, takut, marah, benci dan terkejut),
7.      Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitarnya,
8.      Kelainan-kelainan badaniyah.

Berdasarkan taraf intelegensinya, orang-orang terbelakang  dapat dibagi dalam beberapa jenis :
a.       Idiot, yaitu yang paling rendah taraf intelegensinya (IQ dibawah 20)
b.      Imbesil yaitu yang mempunyai IQ 20-50
c.       Debil atau moron, bertaraf intelegensi antara IQ 50-70.[3]

b)      Psikoneurosis

Pada hakikatnya bukanlah suatu penyakit orang-orang yang menderita psikneurosis (neurosis) pada umumnya dapat kita sebutkan sebagai orang yang normal. Yang diderita oleh orang neurosis adalah ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik-konflik dalam diri oran tersebut. Orang tersebut tidak dapat mengatasi knfliknya sehingga tegangan tidak kunjung eda dan akhirnya menjadi neurosis.[4]
Pada dasarnya gangguan neurotik meliputi berbagai macam pola diantaranya[5] :
1.      Gangguan kecemasan
Sebagian besar kita merasa cemas dan tegang dalam menghadapi situasi yang mengancam dan menekan. Perassan semacam itu merupakan reksi normal terhadap stress. Kecemasan dianggap abnormal bila terjadi dalam situasi yang oleh kebanyakan orang dapat diatasi dengan mudah. Kita tidak tahu mengapa beberapa orang mengalami kecemasan yang kronis, tetapi reaksi mereka tampaknya mencerminkan perasaan kekurangan dalam menghadapi stres yang mereka hayati sebagai ancaman. Teori psikoanalisis berasumsi bahwa sumber kecemasan bersifat internal dan tidak disadari. Orang menekan  impuls tetentu yang dianggap tidak dapat diterima atau berbahaya. Impuls yamg akan mengancam harga diri atau hubungan dengan orang lain apabila impuls tersebut diekspresikan. [6]
2.      Gangguan Fobia
Gangguan fobia mengandung ketakutan yang cukup spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat pada suatu stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan orang ain tidaklah sangat bahaya, disebut orang yang mempunyai fobia. Orang tersebut biasanya menyadari bahwa ketakutannya itu tidak rasional tetapi dia tetap merasakan kecemasan (mulai dari rasa serba salah yang amat sangat sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan menghindari benda atau situasi yang menakutkan.[7]
Menurut James Drever (1988) mengartikan fobia sebagai ketakutan pada suatu objek atau keadaan yang tidak dapat dikendalikan, yang biasanya disertai dengan rasa sakit yang perlu diobati. Pendapat lain menyebutkan fobia sebagai “rasa takut terhadap hal-hal yang dianggap mengancam”. Supatriknya (1995) menjelaskan fobia sebagai “perasaan takut yang bersifat menetap terhadap objek atau situasi tertentu yang sesungguhnya tidak menimbulkan ancaman nyata bagi  yang bersangkutan . Supatriknya mengemukakan beberapa contoh fobia yang penting.
a.       Akrofobia, takut berada di ketinggian
b.      Agorafobia, takut berada di tempat terbuka
c.       Klaustrofobia, takut berada di tempat tertutup
d.      Hematofobia, takut melihat darah
e.       Monofobia, takut berada sendirian disuatu tempat
f.       Niktofobia, takut pada kegelapan
g.      Pirofobia, takut melihat api
h.      Zoofobia, takut pada binatang pada umumnya atau pada jenis binatang tertentu.[8]
3.      Gangguan Kompulsif-Obsesif
Yaitu penderita memikirkan berulang-ulamg pemikiran yang mengganggu atau merasa terpaksa berulang-ulang melakukan beberapa tindakan yang tidak penting, Dorongan kompulsif atau keduanya, Orang yang bersangkutan tahu bahwa pikiran dan dorongan itu tidak benar dan tidak masuk akal, tetapi ia tidak dapat melapaskannya.[9]
c)      Psikosis
Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian yang “besar” (psychosis mayor), karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dpat lagi hidup dan bergaul normal dengan orang-rang lain sekitarnya.
Jenis-jenis psikosis sebagai berikut:
a.       Psikosis Fungsional
1)      Skizofremi
Pada penderita skizofremi biasanya terjadi apa yang disebut perpecahan kepribadian yaitu pikiran, perasaan dan peruatannya berjalan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan antara satu dengan lainnya. Jadi orang tersebut misalnya dapat berbicara tentang anaknya yang meninggal digilas kereta api (pikiran) sambil tertawa-tawa (peranan) dan menari-nari (perbuatan)
Jenis-jenis skizofremi antara lain :
1.      Reaksi simpel, yaitu jenis yang hanya menunjukkan gejala-gejala di atas tanpa ada knflik batin.
2.      Reaksi hebefrenis : disertai kemunduran mental.
3.      Reaksi katatonis : disertai tingkah laku motorik yang tidak terkontrol.
4.      Raksi paranoid : disertai kecurigaan dan kebencian terhadap orang lain tanpa di dasari alasan yang jelas.
2)      Paranoid dan kondisi Paranoid
Psikosis jenis ini ditandai oleh adanya kecurigaan yang tak beralasan yang terus menerus yang pada puncaknya dapat menjadi tingkah laku agresif. Kondisi paranoid adalah jenis yang merupakan bentuk antara skizofreni jenis reaksi paranoid dengan paranoia.
3)      Psikosis Manis-Depresif
Jenis psikosis ini terutama menyangkut aspek emosi penderita.
b.      Psikosis Organik
Berbeda dari psikosis fungsional yang menyebabkan semata-mata adalah faktor kejiwaan (tidak ada kelainan tubuh), maka paa psikosis organik faktor penyebab utama adalah faktor kelainan-kelainan pada tubuh atau kelainan-kelainan fungsi anggota tubuh.[10]
d)     Psikopatri
Psikopatri adalah kelainan tingkah laku, khususnya berbentuk tingkah laku, yaitu tidak memperdulikan norma-norma sosial.
Jenis psikopatri antara lain :
                                              i.            Jenis yang simpatik tetapi tidak bertangun jawab
                                            ii.            Jenis yang memusuhi dan memberontak terhadap semua hal yang telah disukainya
                                          iii.            Jenis hipokandris yaitu yang selalu berbuat seolah-olah sakit-sakitan, tiak berdaya agar perhatian semua orang tertumpah kepadanya
                                          iv.            Jenis yang anti sosial, yang betul-betuk tidak peduli akan kepentingan orang lain, bahkan  jiwa orang lain tidak diperhatikannya.[11]
e)      Gangguan Seksual
Ada dua macam gangguan sekaual. Pertama gangguan funsi seksual (sexsual disfunction) dan kedua adalah kelainan seksual (sexsual devience).
Gangguan fungsi seksual adalah gangguan yang terjadi dalam tahap tetentu dar siklus seksual seseorang. Misalnya timbul rasa ragu, takut, sakit, atau takut sakit, atau merasa mual atau jijik sehingga orang yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan fungsi seksual tertentu dengan sempurna.

Contoh disfungsi seksual adalah:
                                                          i.            Hypoactive Sexual Desire Disorder : Hasrat seksual menurun/ kurang bisa karena faktor usia, trauma, atau stres.
                                                        ii.            Sexual Aversion Disorder : Rasa takut, jijik atau cemas yang sangat besar untuk berhubungan dengan lawan jenis.
                                                      iii.            Female Sexual Arousal Disorder : Disebut juga Frigid. Terjadi pada perempuan yang tiak terangsang ketika melakukan hubungan seks sehingga tidak menghasilkan lubrikasi / cairan yang cukup untuk membasahi vaginannya.
                                                      iv.            Male Orgasmic Disorder : Dalam bahasa awamnya disbut “impoten”, yaitu jika laki-laki tidak mampu ber-ereksi ketika aan berhubungan seks.
                                                        v.            Female Orgasmic Disorder : Istilah lain adalah “orgasm”.Disebut demikian jika seorang perempuan tidak bisa orgasme sama sekali, atau memerlukan waktu sangat lama untuk mencapai orgasme ketika berhubungn seks.
                                                      vi.            Male Orgasmic Disorder : ketidakmampuan mencapai orgasme juga terjadi pada pria walaupun ereksi sempurna tetapi laki-laki tidak bisa mencapai orgasme.
                                                    vii.            Prenature Ejculation : Disebut juga ejakulasi dini. Baru terangsang sedikit sudah ejakulasi. Biasa terjadi pada remaja atau pria yan baru pertama kali akan berhubungan seks.
                                                  viii.            Dyspareunia : Rasa sakit pada alat kelamin ketika berhubungan seks. Bisa terjadi pada laki-laki,tetapi jauh lebih sering pada perempuan.
                                                      ix.            Vaginisme :Selain dyspareunia,pada perempuan dapat tejadi vaginismus, yaitu otot-otot sekitar vagina tegang,kaku dan tidak mau terbuka sehingga menyakitkan menyakitkan hubungan seks.[12]
Selain itu ada dua macam kelainan pada tingkah laku seksual yaitu:
1.      Kelainan pada objeknya: Disini cara seseorang memuaskan dorongan seksualnya adalah normal,tetapi objek yang di jadikan sasaran pemuas itulah yang lain dari pada biasanya. Tetapi, pada orang yang menderita kelainan seksual ini objeknya bisa berupa orang dari  jenis kelamin yang sama(Homoseksual/lesbian), anak dibawah umur  (Fedofili), hewan (Sodomi), pakaian (fetesisme) dll.
2.      Kelainan pada caranya: objek pemuas seksual tetap lawan jenisnya,tetapi caranya yang tidak biasa, misalnya memamerkan alat kelamin(eksbibisionis), mengintip (voyulris), menyakiti partnernya atau di sakiti oleh partnernya(sadis atau masokbis).[13]
f)       Bunuh Diri
Pada umumnya kasus bunuh diri dilakukan karena stres yang timbul oleh bergbagai sebab antara lain :
1.      Depresi
2.      Krisis dalam hubungan interpersonal (konflik atau pemutusan hubungan)
3.      Kegagalan dan defaluasi diri
4.      Konflik batin
5.      Kehilangan makna dan harapan hidup.[14]
B.     Psikoterapi
Adalah upaya interfensi oleh psikoterapis terlatih agar kliennya bisa mengatasi prsoalannya. Pada dasarnya, metode psikoterapi adalh wawancara tatap muka perorangan, tetapi dalam praktik banyak variasi teknik psikoterapi, tergantung padateori yang mendasarinya dan jenis masalah yang dihadapi oleh klien. Tujuan psikoterapi adalah untuk mengembalikan keadaan kejiwaan klien yang terganggu (mulaidari masalah ringan sampai gangguan mental berat) agar bisa berfungs kembali dengan optimal sehingga klien tersebut merasa bisa dirinya lebih sehat mental.
Ada beberapa jenis psikoterapi antara lain :
1.      Psikoanalisis
Teknik ini diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Sesuai dengan teorinya, freud mencoba menjelajahi alam ketidaksadaran pasiennya melalui wawancara yang dinamakannya asosiasi bebas (free asosiation) sampai pasien ,enemukan sumber masalahnya yang biasanya terdapat dalam alam ketidaksadaran itu.
2.      Hypnoterapi
Sebelum teknik psikoanalisis diperkenalkan, psikiater menggunakan teknik hipntis untuk menurunkan ambang kesadaran dan mensugesti pasien untuk sembuh
3.      Terapi kelompok
Dalam teknik ini, psikoterapis mengajak beberapa orang dalam proses terapi. Tujuannya adalah agar dibawah arahan psikoterapis, orang-orang dalam kelompok itu bisa saling berbagi dan mendorong untuk kesembuhan.
4.      Terapi bermain
Teknik ini digunakan pada anak-anak. Tujuannya adalah agar sambil bermain, anak bisa memproyeksikan perasaan-perasaanya terhadap orang-orang yang menjadi sumber masalahnya (biasanya orang tua, yang biasanya tersimpan dalam alam ketidaksadarannya, dan tidak bisa dikeluarkan melalui wawancara biasa.
5.      Psiko Darma
Sejumlah pasien atau paien bersama keluarganya, bermain peran seakan-akan mereka mempunyai masalah yang harus diselesaikan bersama.
6.      Terapi Humanistik
Disebut juga terapi client centered. Teknik ini dianjurkan oleh  Carl Roger ini beranggapan bahwa semua orang punya aspek positif dalam dirinya.
7.      Terapi Perilaku (Behaviour)
Dasar teorinya adalah teori belajar dari J. B. Watson (Behaviorism) yang menyatakan bahwa perilaku bisa ditimbulkan atau dihambat dengan memberinya Reinforcement (ganjaran) yang positif (untuk mendorong) atau negatif (menghambat). Teknik ini digunakan untuk mengatasi fobia.
8.      Terapi perilaku kognitif (Cognitif Behaviour Thereapy/CBT)
Untuk mengatasi kelemahan terapi perilaku, dikembangkan terapi perilaku kognitif. Dalam terapi ini semua emosi negatif terhadap sesuatu benda atau hal tertentu, dibahas tuntas secara rasional.
9.      Terapi Seni (Art Thereapy)
Biasanya digunakan seni rupa (lukis, patung dll). Dengan itu klien dapat melepaskan emosinya dan memproyeksikan perasaan- perasaanya sehingga merasa lebih ringan
10.  Konseling
Teknik ini berbentuk wawancara, dimana terapis membantu klien untuk mencari penyelesaian yang terbaik untuk masalahnya.[15]





KESIMPULAN
Di dalam Psikologi telah dikenal tingkah laku yang menyimpang daari tingkah laku normal. Penyimpang tingkah laku tersebut disebabkan adanya kelainan psikis. Kelainan-kelainan psikis seringkali pula disebabkan penyakit-penyakit badaniyah. Disamping itu, kelainan psikis dapat juga dianggap sebagai penyakit kejiwaan. Jadi, teknik-tekniknya adalah teknik-teknik yang biasa dipergunakan dalam psikologi seperti pemeriksaan psikologis, wawancara, observasi, pemberi nasihat dan usaha penyembuhan secara psikologis yang disebut psikoterapi.






















DAFTAR PUSTAKA
·         Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta
·         Atkinson, Rita L dkk. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga
·         Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
·         Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV. Pustaka Setia














[1] Drs.Alex Sobur, Psikologi Umum,(Bandung : CV. Pustaka Setia, 2003 )hal. 337
[2] Ibid, hal. 342
[3] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992) hal 203-204
[4] Ibid, hal. 212
[5] Drs. Alex Sobur, Op.Cit, hal 344
[6]  Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi, (Jakarta : Erlangga, 1983) hal. 248-251

[7] Rita L. Alkitson, Op.Cit, hal.251
[8] Drs. Alex Sobur, Op.Cit, hal. 347
[9] Drs. H. Abu Ahmadi, Op.Cit, hal. 215
[10] Ibid, hal. 215-218
[11] Ibid, hal. 218-219
[12] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010) hal. 270-272
[13] Drs H. Abu Ahmadi, Op.Cit, hal. 211-212
[14] Drs. Alex Sobur, Op.Cit, hal. 351
[15] Sarlito W. Sarwono, Op.Cit, hal.273-276

Tidak ada komentar: