MAKALAH
KONSEP dan APLIKASI
KEBAIKAN, KEBAJIKAN dan KEBAHAGIAAN
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata
Kuliah
: Ilmu Akhlak
Dosen
Pengampu : M. Ghufron Dimyati, M.SI
Oleh kelompok 7
1. ABDUL KHALIM
: 2021 111 259
2. SITI SURAHMI
: 2021 111 260
3. NURUL FADHILAH
: 2021 111 261
4. DZIKROTUL
KHASANAH : 2021 111 262
Kelas : F
TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) PEKALONGAN
2011
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan setiap manusia pastilah
diiringi oleh konsep kebaikan, kebajikan dan kebahagiaan. Ketiganya berjalan
secara beriringan, tidak dapat dipisahkan karena merupakan kesatuan yang utuh.
Berawal dari kebaikan kemudian berlanjut menjadi kebajikan dan berakhir pada
kebahagiaan.
Di dalam makalah ini akan membahas tentang konsep “APLIKASI KEBAIKAN, KEBAJIKAN
DAN KEBAHAGIAAN” . Kami mengharapkan mudah-mudahan makalah kami kali ini, dapat
membantu mahasiswa dalam memahami dan mempelajari materi terseut dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan yang nyata.
PEMBAHASAN
A. KEBAIKAN
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang di
inginkan, yang di usahakan dan menjadi tujuan manusia. tingkah laku manusia
adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan manusia.
Kebaikan disebut nilai (vulue) bahwa nilai kebaikan itu di ukur oleh Agama, dan
tidak oleh semata – mata oleh kepentingan Dunia[1]
Dalam etika, sebagai filsafat tingkah laku,
antara lain dibicarakan apakah ukuran baik buruknya kelakuan manusia.yang
dicari adalah ukuran yang bersifat umum, yang berlaku pada semua manusia. Pada
garis besarnya teori – teori yang berkenaan dengan hal ini dapat digolongkan
pada 2 golongan yaitu :
1.
Teori
Deontologis
Dalm teori ini tindakan yang dalam hal tertentu
disebut juga etika situasi, pada pokoknya mengatakan bahwa setiap tindakan itu
baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasaekan akibat atau tujuan baik dari
tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri. Karena itu etika
deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.
2. Teori
Teleologis
Etiks teleologis justru mengukur baik buruknya
perbuatan atau suatu tindakan berdasarkan dari akibat – akibat Yang ditimbulkan
atau tujuan yang ingin dicapai.suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan
mencapai sesuatu yang baik.[2]
Tujuan akhir dari setiap manusia merupakan
kebaikan tertinggi, baik manusia itu mencarinya dengan kesungguhan atau tidak.
Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing
manusia kearah tujuan akhir yaitu dangan melakukan perbuatan yang membuatnya
baik sebagai manusia.[3]
Dalam melakukan kebaikan – kebaikan maka dibagi
tipe – tipe kebaikan yaitu :
a. Kebaikan –
kebaikan Jasmani
- Kebaikan – kebaikan Eksternal.
c. Kebaikan –
kebaikan Tuhan
B. KEBAJIKAN
Kebajikan merupakan kualitas kejiwaan, keadaan
yang tetap sehingga memudahkan pelaksanaan perbuatan. Kebiasaan dalam
pengartian yang sebenarnya hannya ditemukan pada manusia, karena hannya manusia
yang dengan sengaja, bebas, mengarahkan kegiatannya.
Kebiasaan yang dari sudut pandang kesusilaan
baik dinamakan kebajikan (virtue), sedangkan yang jahat, buruk, dinamakan
kejahatan (vice). Kebajikan adalah kebiasaan yang menyempurnakan manusia.
Kebajikan budi menyempurnakan akal menjadi alat yang baik untuk menerima
pengetahuan. Bagi budi spekulartif kebajikan disebut pengertian, pengetahuan.
Bagi budi praktis disebut kepandaian, kebijaksanaan..
Kebajikan pokok adalah kebajikan susila yang
terpenting,meliputi
:
1. Menuntut
keputusan budi yang benar guna memilih alat - alat dengan tepat untuk tujuan
yang bernilai (kebijaksaan).
2. Pengendalian
keinginan kepada kepuasan badaniah (pertahanan / pengendalian).
3. Tidak
menyingkir dari kesulitan.
Manusia didalam mengerjakan kebaikan,terbagi
kedalam 2 kelompok :
a) Manusia yang
mengerjakan kebajikan dengan meengharapkan rasa terima kasihdari orang lain.
b) Manusia yang
mengerjakan kebajikan tanpa mengharapkan rasa terima kasih dari orang lain.
Begitu juga dari sisi menyampaikan rasa terima
kasih manusia terbagi kepada 2 kelompok yaitu :
a) Manusia yang
menyampaikan terima kasih kepada orang lain atas perbuatannya.
b) Manusia yang
tidak menyampaikan terima kasih kepada orang lain atas perbuatan baiknya.
Sejarah menceritakan Nabi Isa al-mahdi As.
Permnah mengobati sepuluh orang yamg sakit pada waktu yang sama., Namun
tidak ada satupun dari mereka yang mengucapkan terima kaasih, walaupun
demikian, hal itu tidak menghalangi buliau untuk terus berbuat kebajikan kepada
manusia.[5]
Bahkan tidak mustahil anda melakukan kebajikan
kepada orang lain namun alih- alih mengucapakan terima kasih,mereka malah
menyakitimu.dari sisi lain, tidaklah terpuji jika kita mengingkari dan tidak
mengucapkan terima kasih atas kebaikan yang dilakukan orang kepada kita,baik
yang secara langsung berhubungan dengan kita maupun tidak langsung.
Menyampaikan terima kasih kepada orang lain tidak membebani kita sedikitpun.
Imam ja’far Ash-shadiq as berkata “ berterima
kasihlah kepada orang yang telah memberikan kenikmatan kepadamu dan berikan
kenkmatan kepada orang yang berterima kasih kepadamu. sesungguhnya kenikmatan
tidak akan hilang jika kamu berterima kasih dan tidak akan langgeng jika kamu
mengingkari. Berterima kasih itu akan memperbanyak kenikmatan dan menghindarkan
kekafiran.[6]
C. KEBAHAGIAAN.
1. Pengertian
Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan dasar alasan, seluruh
perbuatan manusia. Bahagia juga sering disama artikan dengan kesenangan.
Kesenangan yang dimaksud adalah menurut ukuran fisik, harta, atau apa saja yang
tampak,yang dapat dinilai dengan uang. Jadi orang yang sudah senang karena
harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang berbahagia.
Bahagia = kesenangan.
Kebahagiaan adalah kepuasan yang sadar, yang
dirasakan seseorang karena keinginannya memiliki kebaikan sudah terlaksana.
Kebahagiaan sempurna terjadi karena kebaikan sempurna dimiliki secara lengkap
sehingga memenuhi seluruh keinginan kita. Beberapa jalan fikiran yang
menganggap kebahagiaan sempurna itu dapat dicapai:
a) Manusia
mempunyao keinginanakan bahagia sempurna.
b) Keinginan
tersebut merupakan bawaan kodrat manusia yaitu merupakan dorongan pada alam
rohaniyah yang bukan sekedar efek samping.
c) Sifat bawaan
tersebut dimaksudkan untuk mencapai kesempurnaan yang sesuai dengan harkat
manusia.[7]
2. Asas Bahagia
Adakah Kesenangan
Sebenarnya tidak dapat disangkal, bahwa asas
pegertian bahagia itu adalah kesenangan. Yang menjadi tanda tanya sekarang
ialah kesenangan itu banyak jenisnya dan sebanyak sumbernya.
Pada garis besarnya kesenangan itu dapat dibagi
atas dua golongan : kesenangan fisik dan kesenangan psychis / rohani.
a.
Kesenangan
Fisik.
Yang pokok disini adalah kesenangan yang dapat
dirasakan, dinikmati oleh tubuh / raga. Sumber dan jenisnya dari makanan,
minuman, yang menerima kesenangan itu mulai dari tenggorokan sampai keperut.
Bila sumbernya hubungan badani, maka yang menerima
kesenangan itu adalah alat kelamin, bila sumbernya sebagai hasil kerja misalnya
pekerjaan tangan atau sesuatu yang menggunakan tenaga, maka kesenangan itu
dinilai dengan sebutan memuaskan, beres dan selesai.
b.
Kesenangan
Psychis
Bila sumbernya sebagai hasil seni. Contoh
Lukisan, Lagu, Musik,maka hasil kesenanggan itu dinilai dengan sebutan indah,
menarik, hebat. Penilaian ini diberikan oloeh rasa, emosi, getaran jiwa.
Bila sunbernya itu adalah otak, piker, yang
merasakan kesenangan itu adalah otak, piker dimana hasil kesenangan itu dinilai
dengan sebutan ilmiah, hebat, mengagumkan dan sebagainya.
Bila sumbernya adalah kepercayaan, yang
menikmati kesenangan itu adalah jiwa, perasaan, rohani, hati, dimana kesenangan
itu dinailai dengan sebutan menentramkan jiwa, yakni rasa beriman, dan
sebagainya.
Bila sumbernya itu dari alam itu sendiri yang
merasakn kesenangan itu adalah panca indra yang turut menikmati keindahan yang
disajikan oleh alam itu. Hasilpenilaian dari kesenangan itu biasanya dengan
pujian mengagumkan.[8]
3. Teori Tentang
Kesenangan
Disini teori tentang kesenangan dibagi menjadi
dua teori, yaitu :
A. Teori etika
Hedonisme (Ethical Hedonisme) etika hedonisme disini dimaksudkan
sebagai suatu teori bagaimana seharusnya orang bertindak, apa yang ingin
diperbuat untuk mendapatkan kesenangan itu.
Dalam pelaksanaannya ethikal Hedonisme ini
terdapat dua aliran :
1. Yang bersifat
egois, disebut juga Hedonisme egois, yaitu yang bertujuan untuk mendapatkan
kesenangan semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah yang dapat
dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam.
2. Yang bersifat
umum, disebut juga Hedonisme Universal yaitu suatu aliran yang dapat dirasakan
bagi diri sendiri dan bagi orang banyak.
B. Teori Jhon
stuart mill tentang kesenangan.
Yang banyak mempersoalkan masalah kesenangan
ini, adalah Jhon Stuart Mill yang kemudian juga dikenal dengan teori
utilitarian. J.S Mill membagi teori ini atas enam disposisi :
Baik dalam bidang pikir maupun kerja,terdapat
konsekuensi senang dan susah. Satu- satunya yang diinginkan adalah kesenangan.
Dari segi psikologis, dimanapun mausia
berada,apapun yang mereka kerjakan sudah menjadi waktunya, manusia itu selalu
menjadi kesenangan.
Antara kesenangan – kesenangan itu sendiri
kualitasnya tidak sama. Sudah tentu orang akan memilih jenis kesenangan
yangmenurut anggapannya lebih baik dan lebih sesuai dengan dirinya
Bahwa kesenangan itu sendiri dapat dirasakan
oleh banyak orang.
Bahwa bila terdapat dua jenis kesenangan yang
dianggap sama, maka yang dijadikan criteria untuk memilih mana diantara yang
terbaik,maka dipilihlah yang paling lama memberi kesan yang paling lama dapat
dinikmati.
Bahwa kesenangan itu adalah merupakan suatu
yang patut diterima oleh seseorang yang telah bekerja, telah berusaha dan
berjuang dalam hidupnya.[9]
KESIMPULAN
Sebenarnya kebaikan, kebajikan dan kebahagiaan merupakan suatu bentuk
kepribadian yang saling berkaitan. Dan merupakan sesuatu yang diinginksn dan
merupakan dari kwalitas kejiwaandan keadaan yang tetap. Sehingga, memudahkan
dalam pelaksanaan perbuatan yang akan di lakukan. Selain itu juga dapat
menimbulkan rasa kepuasan yang besar.
Tingkah laku atau perbuatan akan menjadi baik dalam arti akhlak, yaitu dengan
melakukan perbuatan yang membuatya baik sebagai manusia. Dan untuk mengukur
baik buruknya perbuatan atau suatu tindakan berdasarkan dari akibat-akibat yang
ditimbulkan atau tujuan yang akan di capai kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Musawi,
Khalil. 2000. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda. Yokyakarta: Pustaka
Pelajar
Fakhri, Majid.
1996. Etika Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Salam,
Burhanuddin. 1997. Etika Sosial. Jakarta: PT, Rineka Cipta
Zubair, Achmad
Charris. 1987. Kuliah Etika. Jakarta: Rajawali Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar