MAKALAH
ASPEK-ASPEK
PEMBENTUKAN PERILAKU DAN KEBEBASAN
SEBAGAI
SALAH SATU FAKTOR KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB
Makalah
Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah
: ILMU AKHLAK
Dosen
Pengampu :
Muhammad Hufron, M.Si
Disusun
Oleh
Kelompok
3
1. SUNARTI
(2021 111 243)
2. MIFTAKHUL
JANAH
(2021 111 244)
3. NAFROTUL
IZZA
(2021 111 245)
4. MAGHFIROH
(2021 111 246)
Kelas
F
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2011
KEBEBASAN
DALAM ARTI POSITIF DAN NEGATIF
PROSPEKTIF
DAN RETROSPEKTIF KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB
PENDAHULUAN
“KEBEBASAN” dan “TANGGUNG JAWAB” seolah-olah
merupakan pengertian kembar. Terdapat hubungan timbal balik antara dua
pengertian ini, sehingga orang yang mengatakan “manusia itu bebas” dengan
sendirinya menerima juga “manusia itu bertanggung jawab”.
Sebaliknya,
jika kita bertolak dari pengertian ‘tanggung jawab” kita selalu turut
memaksudkan juga “kebebasan”.
Tidak mungkin
kebebasan (setidak-tidaknya kebebasan dalam arti yang sesungguhnya) tanpa
tanggung jawab dan tidak mungkin tanggung jawab tanpa kebebasan.
Memang benar, tidak jarang kita mendengar orang berbicara tentang “kebebasan
yang bertanggung jawab” tetapi sebenarnya ungkapan itu merupakan suatu
tautology, karena pengertian yang satu sudah terkandung dalam pengertian yang
lain. Kebersangkutan antara dua pengertian ini akan menjadi lebih jelas dalam
analisa yang akan diadakan tentangnya. Dalam hal ini kita membahas tentang
kebebasan dahulu, lalu disusul dengan uraian tentang tanggung jawab, namun
dengan tetap menyadari bahwa kedua pengertian tersebut tidak dapat
terpisah-pisahkan.
PEMBAHASAN
A.
KEBEBASAN
Sebenarnya tidak ada munusia yang tidak tahu
apa itu kebebasan, karena kebebasan merupakan kenyataan yang akrab dngan kita
semua. Dalam hidup setiap orang kebebasan adalah suatu unsur hakiki. Kita semua
mengalami kebebasan, justru karena kita manusia.[1]
Ada orang yang menyalah artikan kebebasan, sehingga mereka bisa berbuat
sekehendak hati tanpa mengindahkan norma-norma yang ada. Bahkan tidak jarang
tingkah laku mereka itu mengganggu ketertiban umum dan merampas hak orang lain.
Lebih jauh lagi kebebasan yang tidak disertai rasa tanggung jawab itu bisa mencelakakan
diri sendiri.[2]
Disebut bebas
apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tdak dibatasi oleh suatu
paksaan atau keterkaitan kepada orang lain.[3]
Kebebasan bisa
dimengerti sebagai “kebebasan dari …..” dan “kebebasan untuk ….” secara
spontan kebebasan dimengerti sebagai “terlepas dari tekanan atau paksaan”[4]
1. Bebas Dalam
Faham Negatif
Disebut sebagai kebebasan negetif karena hanya
dikatakan bebas dari apa tetapi tidak ditentukan bebas untuk apa. Orang itu
benar kalau kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi orang
lain dengan bentuk paksaan atau tekanan.[5]
Rupanya kebebasan yang paling mudah dimengerti
dengan cara negatif. Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari “bebas” dipahami
sebagai “terlepas”, “tidak ada”, “tanpa”. Misalnya tentang : kebebasan tugas,
jalan bebas hambatan, wilayah-wilayah bebas becak, makan bebas bakteri, daerah
bebas buta huruf dll.
2. Bebas Dalam
Faham Positif
Yaitu kebebasan yang timbul pengertian positif
“bebas tidak hanya dari sesuatu melainkan juga untuk sesuatu” atau “kebebasan
untuk ….”harus diisi oleh menusia sendiri. Kemungkinan-kemungkinan ini sama
luasnya dengan kreatif manusia.[6]
3. Tiga Macam
Kebebasan
a). Kebebasan
Jasmaniah
tidak adanya paksaan terhadap kemungkinan-kemungkinan untuk menggerakan badan
kita. Jangkauan kebebasan jasmaniah ini ditentukan oleh badan kita sendiri dan
tentu saja tidak terbatas.
b). Kebebasan
Kehendak
Kebebasan untuk menghendaki sesuatu. Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh
jangkauan kemngkinan untuk berfikir, karena manusia dapat memikirkan apa saja
ia dapat juga menghendakinya.
Lain dengan kebebasan Jasmaniah, kebebasan kehendak tidak dapat secara langsung
dibatasi dari luar.
c). Kebebasan Moral
1. Arti Luas
Tidak adanya macam-macam ancaman, tekanan
larangan dan lain desakan yang tidak sampai berupa paksaan fisik.
2. Arti Sempit
Tidak adanya kewajiban. Saya bebas apabila
kemungkinan-kemungkinan saya untuk bertindak itu tidak ada yang diwajibkan
(sehingga dengan memilih kemungkinan yang lain saya langgar kewajiban) dan
tidak ada yang dilanggar.[7]
Seorang dikatakan bebas, apabila :
1. Dapat
menentukan sendiri tujuan-tujuan dan apa yang dilakukannya.
2. Dapat memilih
antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.
3. Tidak dipaksa /
terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan dipilihnya sendiri ataupun
dicegah dari berbuat apa yang dipilihnya sendiri, oleh kehendak orang lain,
Negara atau kekuasaan apapun.
B.
TANGGUNG JAWAB
Bertanggungung jawab berarti : dapat menjawab,
bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang
dilakukan.
Orang yang
bertanggung jawab dapat diminta penjelasan tentang tingkah lakukanya dan bukan
saja ia menjawab kalau ia mau melainkan juga ia harus menjawab. Tanggung jawab
berarti bahwa orang tidak boleh mengelak, bila diminta tentang penjelasan
perbuatannya.
Tanggung jawab dapat juga berarti mencerminkan kesediaan menanggung semua resiko
akibat dari perbuatan. Tanggung jawab yaitu keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, boleh dipersalahkan,
diperkirakan) tanggung jawab merupakan sifat-sifat yang amat baik bagi manusia.[8]
Tanggung jawab
dibedakan antara :
a. Tanggung jawab
Restropektif
Adalah tanggung jawab atas perbuatan yang telah
berlangsung dan segala konsekuensinya.
b. Tanggung jawab
Prospektif
Adalah tanggung jawab atas perbuatan yang akan
datang.
Dalam hidup sehari hari kita lebih sering
banyak mengalami tanggung jawab restropektif, karena biasanya tanggung jawab
baru dirasakan betul-betul, bila kita berhadapan dengan konsekuensinya.
Disinipun kiasan “harus memberi jawaban” tampak dengan paling jelas. Sebelum
perbuatan dilakukan pelaku bersangkutan tentu sudah bertanggung jawab (dalam
arti prospektif), tapi saat itu tanggung jawabnya masih terpendam dalam hatinya
dan belum berhadapan dengan orang lain. Baik untuk tanggung jawab retrospektif
maupun untuk tanggung jawab prospektif berlaku bahwa tidak ada tanggung jawab
tidak ada kebebasan.[9]
Dengan kebenaran keputusan Tuhan yang tak dapat diubah, maka orang-orang
berdosa tidak akan ditanya pada hari akhir. Seluruh kehidupan mereka hingga
saat yang menentukan. Manusia telah diperintahkan oleh Al-Qur’an agar
bertanggung jawab atas keyakinan dan pelanggaran mereka : apakah perintah untuk
bertanggung jawab dapat digeneralisasikan kepada malaikat dan Tuhan sendiri
tidak begitu jelas. Dijelaskan bahwa : Ia (Tuhan) tidak akan ditanya tentang
apa yang ia perbuat, tetapi mereka (manusia) akan ditanya.[10]
C.
KEBEBASAN DAN
TANGGUNG JAWAB
Dalam tanggung jawab terkandung pengertian
“penyebab” orang bertanggung jawab atas sesuatu yang disebabkan olehnya. Orang
yang tidak menjadi penyebab dari sesuatu akibat tidak bertanggung jawab juga.
Bila teman saya mengakibatkan kecalakaan lalu lintas, saya tidak bertanggung
jawab, sekalipun ia menggunakan sepeda motor saya. Dalam hal ini saya tidak
bertanggung jawab, justru karena tidak menjadi penyebabnya. Kalau seorang bapak
melakukan tindakan kriminal dan karena itu dihukum penjara seumur hidup, maka
hanya dialah yang bertanggung jawab, bukan istri atau anak-anaknya (dengan
pengandaian tentu bahwa ia memang bertindak sendirian). Adalah sama sekali
tidak adil, bila istri dan anak-anaknya dipersalahkan atau didiskriminasi
akibat kejahatan si bapak itu, justru bukan merekalah yang melakukan tindak
kejahatan itu. Tetapi untuk bertanggung jawab, tidak cukuplah orang menjadi
penyebab, perlu juga orang menjadi penyebab bebas. Kebebasan adalah syarat
mutlak untuk bertanggung jawab. [11]
Kebebasan
ditantang kalau berhadapan dengan kewajiban moral. Sikap moral yang dewasa
adalah sikap yang bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada
kebebasan.
Jadi kebebasan mengandung pengetian :
1. Kemampuan untuk
menentukan diri sendiri.
2. Kemampuan untuk
bertanggung jawab.
3. Kedewasaan
manusia.
4. Keseluruhan
kondisi yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan tujuan hidupnya.
Tingkah laku yang didasarkan pada sikap, sistem
nilai dan pola fikir berarti tingkah laku berdasarkan kesadaran, berarti bukan
instinktif, terdapat makna kebebasan manusia yang merupakan objek material
etika. [12]
Kesimpulan :
Kami
menyimpulkan bahwa kebebasan itu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
tanggung jawab. Karena kebebasan tanpa didasari tanggung jawab juga tidak akan
berjalan sesuai dengan yang kita inginkan, begitu juga tanggung jawab. Jika
tidak diiringi dengan kebebasan juga tak akan berjalan semestinya. Karena dalam
kehidupan ini tidak ada kebebasan yang sepenuh-penuhnya pasti ada aturan-aturan
yang mengikat karena ada aturan itu kita diharuskan mempunyai rasa tanggung
jawab. Agar berjalan selaras kehidupan ini, dengan demikian berarti kebebasan
dan tanggung jawab mempengaruhi perilaku seseorang.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah.
Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Prespektif Islam. Jakarta : Sinar
grafika Offset.
Charris,zubair
Achmad. 1995. Kuliah Etika. Jakarta : PT. Erafindo Pustaka.
Fakhry.
Majid.1996 Etika Dalam Islam. Yokyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
K.Bertens.1999.Etika.
Jakarta : gramedia pustaka utama.
Rasjidi.1975.Filsafat
Agama. Jakarta : Bulan Bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar